Jiwa Filantropi Tukang Ojek Mengantarkannya Menjadi Dukun . Pada dasarnya setiap manusia memiliki jiwa filantropis (berjiwa penolong yang tinggi untuk sesama manusia). Namun tentunya tidak semua orang memiliki jiwa spontanitas dalam menolong orang lain yang membutuhkannya, karena suatu pertimbangan di dalam dirinya. Kebanyakan orang dalam kegiatan bisnis atau apalah namanya, kalau melihat orang lain butuh bantuan atau perlu pelayanan, yang muncul adalah perhitungan untung rugi. Sebab, dalam urusan bisnis tidak ada yang tanpa pamrih. Rasa pamrih inilah yang seringkali membuat manusia itu pun memandang manusia lain hanya dari luarnya saja (penampilan). Padahal kita semua tidak pernah tahu ada apa di balik semua yang kita saksikan. Berbeda dengan Kotel, teman saya 5 tahun yang lalu. Ia pekerjaannya ngojek di perempatan jalan Ciruas kecamatan Ciruas Kabupaten Serang Banten. Tapi kini dia lebih banyak berdiam di rumah karena kadang ada pasien yang butuh pertolongannya. Dia punya cerita yang patut diteladani, sebagai berikut.
Seperti baiasanya, malam itu Kotel (nama panggilan akrab), nongkrong di pangkalan ojek dalam rangka menunggu rejeki dari penumpang yang nyangkut ke motornya. Namun tidak seperti biasanya para tukang ojek pada malm ini berebut, ketika ada seorang penumpang dengan tampang jelas seorang nenek-nenek tua. Jangankan mengejar mendekati mengajak numpang, diajak pun oleh nenek-nenek itu tidak ada yang siap mengantarkannya. Pasalnya, jelas karena penampilan tidak meyakinkan si nenek punya uang untuk ongkos. Kotek yang juga melihat bagaimana nenek dari satu orang ke orang lainnya minta diantarkan, mendapat giliran nenek mengiba. Tanpa babibu, Kotek langsung mau mengantarkan nenek tersebut karena merasa kasihan.
Gambar dari google : hanya ilustrasi belaka |
Dalam perjalanan Kotek bertanya kepada nenek itu ke mana ingin diantarkan. Ternyata ke Tunjung Kecamatan Tunjung Teja Kabupaten Serang, 20 km dari Ciruas. Dengan nenek sebagai petunjuk jalan Kotek terus mengikuti arah yang ditunjukkan nenek. Rupanya nenek menyembunyikan alamat yang sebenarnya, yaitu Gantarawang. Kotek sebenarnya tidak begitu hafal daerah Gantarawang Kecamatan Tunjung Teja. Namun dia tahu betul, daerah apa Gantarawang itu. Seandainya Kotek tahu bahwa nenek pulangnya ke Gantarawang, mungkin Kotek sudah pingsan saat nenek mengatakan rumahnya di Gantarawang.
Singkat cerita, Kotek sampailah di rumah sederhana milik nenek tersebut. Kotek menurunkan nenek dan ikut masuk ke rumah nenek. Si nenek bilang dalam bahasa Sunda: “Jang, mbok mah teu boga duit keur ongkosna, ieu bae nyah ongkosna.” Artinya, Nak, nenek tidak punya uang untuk ongkosnya, ini saja ya ongkosnya. Tangan Nenek sambil memberikan kain emban, sejenis sarung kepada Kotek. Kotek menerimanya, namun nenek melarang keras Kotek untuk pulang dan menyuruhnya menginap saja dulu di rumahnya. Nenek menyarankan kepada Kotek untuk pulang pagi-pagi saja lantaran sudah larut malam. Saran nenek dituruti oleh Kotek.
Ketika pagi datang, bangunlah si Kotek teman saya itu. Dia terkejut tak kepalang tanggung, berasa mimpi tapi bukan mimpi, ini kenyataan. Kotek bangun tidur dekat motornya di tengah alas belantara Gantarawang (hutan Gantarawang). Gantarawang adalah sebuah tempat yang sudah dikenal oleh semua orang adalah daerah angker, bisa disebut daerah kerajaan makhluk halus. Untuk jelasnya, silahkan baca tentang Gantarawang ini di sini. Tentu saja Kotek bergegas tancap gas motornya tanpa melakukan pemanasan mesin langsung pulang ke rumah dengan membawa ongkos emban dari nenek semalam.
Dari situ selanjutnya, Kotek bisa mengobati pasien sakit apa saja yang datang kepadanya. Bahkan sekarang semakin bertambah pasien yang datang dari berbagai kalangan. Informasi yang tersampaikan dari mulut ke mulut rupanya cepat merambah ke mana-mana. Ternyata dari jiwa filantropinya telah mengantarkannya menjadi seorang yang lebih bermanfaat bagi orang lain.
Kisah di atas adalah kisah nyata. Alamat Kotek di Kp. Nyapah Desa Nyapah Kecamatan Walantaka, Kota Serang Banten, dekat jalan raya. Dari Prapatan Ciruas ke arah Selatan bisa menumpang angkot langsung turun di Nyapah (angkot hanya sampai Nyapah). Kalau dari arah Petir Kabupaten Serang, hanya bisa ditempuh dengan kendaraan sendiri atau ojek. Lurus sampai mentok awal Kampung Nyapah, tanyakan nama Kotek bin Asman.
Semoga bermanfaat.
tobat ih,,
BalasHapuskenapa yang di bahas nya seperti itu terus
Godnice
BalasHapusTerima kasih atas kunjungannya, kang
HapusGeto ya
BalasHapus