Curhat Kepala SMPN 25 Kota Serang yang Terdzolimi . Entah bagaimana waktu itu saya ngebet sekali ingin bertandang ke rumah seorang sahabat padahal hari menjelang maghrib. Hasrat itu muncul dan menguat mungkin karena sudah terlalu lama saya dan dia tidak suka bertemu. Dulu, saya sering bertamu ke rumahnya ketika masih sama-sama kuliah di Untirta. Namun sejak sama-sama lulus, hubungan itu begitu saja terputus karena kesibukan kami masing-masing. Namun sebagai sahabat karib, saya selalu bertanya kepada siapa saja yang mengenal dia, menanyakan khabar sahabat saya itu.
Kurang lebih satu tahun yang lalu, teman saya yang lain mengatakan bahwa dia baru saja dilantik menjadi Kepala SMP Negeri 25 Kota Serang. SMP Negeri 25 Kota Serang adalah SMP terakhir di Kota Serang terletak di Sawah Luhur Kecamatan Kasemen Kota Serang. Walaupun saya sempat berpikir suudzon membayangkan berapa kocek yang dikeluarkannya untuk meraih jabatan itu, saya tetap bangga dan ikut senang.
Gbr. Ilustrasi dari Google |
Singkat cerita, belum satu tahun menikmati hasil jerih payahnya mencapai karir, dikhabarkan lagi bahwa sahabat saya Muhamad Yahya, S.Pd., M.M. dilantik menjadi guru SMPN 24 Kota Serang Banten. Artinya, dia diturunkan lagi menjadi guru. Saya sungguh tanda tanya. Apa gerangan penyebabnya. Mungkinkah atas permintaan dia sendiri atau karena sebab lain. Ketika saya menyambangi rumahnya langsung untuk tujuan lain, justru masalah yang menjadi teka-teki tadi terjawab sudah.
Tepat adzan maghrib saya tiba di rumahnya, langsung mengambil air wudlu untuk menjalankan shalat maghrib. Selesai shalat, kami makan bakso yang dibeli dari tetangganya. Kami duduk di ruang tamu bagian L, ditemani oleh istrinya. Di situ kami membuka obrolan. Sedari tadi saya memperhatikan air mukanya yang tidak lagi gairah seperti dulu. Jalan pun sekarang kelihatan seperti orang yang baru sembuh dari sakitnya. Di ruang tamu ini Dia menceritakan apa yang saya tanyakan. Ternyata betul dia sudah menjadi guru SMP Negeri 24 Kota Serang, dan bukan atas permintaannya. Dengan raut wajah yang nampak masih tidak terima, dia menceritakan dengan detil kepada saya tentang seluk beluk nasibnya itu. Kronogisnya dapat saya ceritakan berikut ini.
Muhamad Yahya belum lama menjadi Kepala Sekolah langsung mendapat proyek RKB (ruang kelas baru) dengan besar anggaran kurang lebih satu miliar. Dalam perjalanannya, dinas pendidikan kota Serang ingin mengambil alih proyek tersebut. Artinya, dinas pendidikanlah yang melaksanakan pembangunannya, sementara pihak sekolah hanya formalitas belaka. Modus seperti ini bukan tidak mengandung resiko hukum dan kepusingan bagi pihak sekolah ketika pihak media dan LSM menelisik. Oleh karena itu, tentu saja ditolak oleh Muhamad Yahya. Rupanya dinas pendidikan pun tidak bermain sendiri, di belakang instansi ini ada kroni dinasti yang khusus bermain di proyek Kota Serang, yakni seorang kontraktor sebut saja namanya O. Kontraktor ini pernah datang ke lokasi SMP Negeri 25 Kota Serang untuk bertemu Muhamad Yahya. Belakangan diketahui bahwa O ini termasuk orang yang disegani oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Serang. Memang, siapa pejabat di Banten yang tidak takut terhadap pihak swasta yang menjadi kelompok dinasti. Semuanya pasti takut, takut kehilangan jabatan. Kalaupun ada yang berani tidak manut, tunggu saja tanggal mainnya untuk dicopot atau dicari sisi kelemahannya untuk dikorek sisi korupsinya untuk kemudian dijebloskan ke penjara. Atau minimal akan sama nasibnya dengan sahabat saya ini.
Gagal mengambil alih proyek, pihak dinas pendidikan Kota Serang mengarahkan alternatifnya ke jurus permintaan fee atau upeti 30 % dari nilai proyek. Tidak juga diindahkan oleh Muhamad Yahya. Memberi namun tak sesuai permintaan atasan, itu katanya. Alhasil, dia diturunkan menjadi guru lagi dengan alasan tak jelas, namun semua orang sebenarnya mengerti. Sungguh pejabat di Kota Serang ada yang menjadi bagian dari tentakel penguasa. Mereka menjadi PNS yang dzolim gara-gara bawahan berjalan di jalan yang lurus. Haruskah di Kota ini terus berlajut terbentuk budaya “yang jujur pasti hancur?” Lagi-lagi hanya waktu yang akan menjawab. Allah telah berjanji, kejahatan suatu saat akan hancur.
Pertanyaan selanjutnya adalah : adakah peran swasta terkait jatuhnya M. Yahya? Menurut sahabat saya itu, ini jelas adanya intervensi swasta bernama O tadi. Akan tetapi ide pencopotan bisa datang berawal dari Kepala Dinas sebagai unjuk carmuk, bisa juga memang desakan dari O. Tapi siapa yang meneken SK? Kepala BKD Kota Serang, Ahmad Benbela. SK resmi M. Yahya menjadi guru lagi itu nampak serampangan, karena identitas M. Yahya sebagai PNS, NIP-nya pun tidak dicantumkan. Bagaimana reakasi M. Yahya, apakah mem-PTUN-kan mereka? “Allah sajalah yang menghukum mereka. Semoga semua itu membawa hikmah bagi hidup saya sekeluarga dan teman-teman”, katanya.
Wallahua’lam.
Curhat Kepala SMP 25 Kota Serang ini hanya salah satu contoh dari sekian korban raja-raja kecil dari politik dan kekuasaan. Sepertinya ungkapan yang lebih mendekati terhadap politik dan kekuasaan dalam kancah otonomi adalah "premanisme." Ditunggu pojok-pojok cerita dan curhat lainnya. Thak!
BalasHapusSekian korban raja-raja kecil sering terdengar melaui berita angin, yang di atas saya dengar langsung dari korban. Premanisme? Jelas, preman berdasi yang tak bergolok namun berkuasa di balik tirani penguasa.
Hapus