Oleh: Mushadiq Ali (Rumah Dunia)
Cara memilih bahan bacaan yang tepat, bergizi tinggi dan
bermanfaat? Berikut ini adalah beberapa poin penting yang perlu
diperhatikan agar bisa memilih “bacaan” yang benar-benar tepat dan
mengambil manfaatnya;
1. Sesuai dengan Prioritas
Artinya, lihatlah dan tanyakan pada diri sendiri. Apa yang sebenarnya paling dibutuhkan? Apa yang sedang ingin kita kuasai dan benar-benar urgent bagi kita? Pilih dan sesuaikan bahan “bacaan” dengan kondisi, waktu, dan tingkat prioritas. Bagi seorang pelajar jurusan sastra, tentu saja ia yang harus mendapatkan proporsi lebih baginya adalah buku bacaan sastra. Bukan malah berkutat dalam rumus-rumus kimia. Sementara bagi seorang guru TK, sudah selayaknya ia harus lebih banyak meluangkan waktu membaca dan menelaah bahan bacaan mengenai pendidikan anak ketimbang menghabiskan waktu mengisi buku Teka-Teki Silang.
Artinya, lihatlah dan tanyakan pada diri sendiri. Apa yang sebenarnya paling dibutuhkan? Apa yang sedang ingin kita kuasai dan benar-benar urgent bagi kita? Pilih dan sesuaikan bahan “bacaan” dengan kondisi, waktu, dan tingkat prioritas. Bagi seorang pelajar jurusan sastra, tentu saja ia yang harus mendapatkan proporsi lebih baginya adalah buku bacaan sastra. Bukan malah berkutat dalam rumus-rumus kimia. Sementara bagi seorang guru TK, sudah selayaknya ia harus lebih banyak meluangkan waktu membaca dan menelaah bahan bacaan mengenai pendidikan anak ketimbang menghabiskan waktu mengisi buku Teka-Teki Silang.
Trik ini berguna agar kita fokus dan bisa menguasai pendalaman satu
bidang tertentu dan tidak terjebak dalam banyaknya pembahasan materi
tanpa penguasaan isi. Yang mana akhirnya, alih-alih membuat kita
memahami permasalahan, malah membuat kita kebingungan sendiri dalam
kumparan wacana dangkal. Ini sejalan belaka dengan hadits Nabi Muhammad
Saww,: “Janganlah kau mempelajari semua ilmu karena sesungguhnya ilmu
itu sangat banyak. Pelajarilah apa yang paling penting, kemudian yang
lebih penting, kemudian yang penting. Selain itu, adalah kesia-siaan.”
2. Pilihlah Sumber yang Tepat
Cucu Nabi Muhammad SAW yang terkenal akan keilmuannya, guru dari para Imam empat Madzhab, Imam Ja’far as-Shadiq ra mengatakan, “Perhatikanlah olehmu darimana sumber airmu.”
Cucu Nabi Muhammad SAW yang terkenal akan keilmuannya, guru dari para Imam empat Madzhab, Imam Ja’far as-Shadiq ra mengatakan, “Perhatikanlah olehmu darimana sumber airmu.”
Ya, perhatikan dari mana kita mengambil bahan bacaan kita. Jangan sampai
waktu kita terbuang hanya untuk menelaah tema-tema junks yang tidak
bermanfaat atau bahkan seringkali bertentangan dengan kemaslahatan umat.
Lihatlah siapa sumber ilmu kita. Apakah ia adalah golongan pemikir yang
komitmen, berdedikasi, dan berperan aktif terhadap kemaslahatan umat?
Ataukah tak lebih dari seorang rakus yang menggunakan penanya hanya
sebagai topeng untuk menggendutkan perutnya belaka? Apakah ia adalah
penganut jalan kebijaksanaan Ilahi ataukah ia hamba pemikiran materialis
yang jauh dari keadilan dan kasih-sayang? Ingatlah baik-baik bahwa
“kita adalah apa yang kita makan.” Tentu kita tak mau bukan, memakan
makanan dari sumber yang meragukan dan bahkan membahayakan?
Berkaitan dengan ini Imam Ali ra menyebutkan bahwa salah satu ciri
nasehat yang layak didengarkan, selain tentu saja yang bermanfaat secara
substansial bagi perkembangan diri kita adalah “jika ia diawali untuk
kemaslahatan ummat”. Jika ia diawali dengan kemaslahatan ummat,
ikutilah. Jika tidak, tinggalkanlah.
3. Bacalah dengan “cara baca yang tepat”
Setelah kita menetapkan prioritas dan memilah mana sumber “bacaan” yang tepat, maka langkah penting selanjutnya adalah kita harus membaca “bacaan” tersebut dengan “cara baca yang tepat”.
Setelah kita menetapkan prioritas dan memilah mana sumber “bacaan” yang tepat, maka langkah penting selanjutnya adalah kita harus membaca “bacaan” tersebut dengan “cara baca yang tepat”.
Sebuah
bahan “bacaan” yang luar biasa isinya, akan menjadi sia-sia belaka dan
malah bisa jadi sangat membahayakan. Jika kita salah dalam membaca dan
memahaminya. Contoh yang sangat jelas adalah kitab suci al-Qur’an. Kitab
suci al-Qur’an adalah kitab Ilahi yang berisi ajaran-ajaran langit nan
agung. Ia berisi rahasia hikmah yang tak tertandingi kedalamannya karena
sumbernya yang Maha Tinggi. Yang mana jika dipahami dan diikuti dengan
benar, akan membawa manfaat yang besar di dunia dan di akhirat nanti.
Tapi pada kenyataannya, saat ini kita melihat bahwa meskipun umat Islam
mempunyai sumber ilmu hikmah langit yang tak tertandingi ini, umat Islam
seolah terhalang hijab dari mengambil manfaat darinya. Ini disebabkan
karena kebanyakan umat Islam membaca dan memahami al-Qur’an dengan cara
yang salah. Al-Qur’an bukannya diletakkan di depan dan dijadikan sebagai
petunjuk arah serta pembimbing, ini sebaliknya, diletakkan di belakang
dan dijadikan alat pembenaran kepentingan-kepentingan sesaat. Hanya demi
secuil emas dan kursi belaka. Inilah sumber keterpurukan. Jika tidak,
bukankah sudah seharusnya umat Islam menjadi umat yang terbaik dan tak
akan menjadi seperti hidangan di atas meja makan yang diperebutkan oleh
para serigala dan singa dari segala penjuru?
Seperti halnya di atas, cara kita membaca realitas (sebagai sebuah buku
bacaan raksasa) sangat berpengaruh pada hasil pemahaman kita. Disamping
itu, pada dasarnya, dunia ini yang diciptakan oleh Maha Pemilik Hikmah
adalah dunia yang penuh keteraturan dan hikmah. Yang menjadi masalah
hanyalah, kita seringkali menyerapnya dengan cara yang salah, sehingga
alih-alih kita bisa mengambil pelajaran dan mengambil manfaatnya, kita
malah terjebak dalam wacana kosong yang membingungkan dan akhirnya
menjebak kita dalam labirin skeptisisme, apatisme, dan pesimisme tak
berujung. Ujung-ujungnya, bukannya mengikuti falsafah penciptaan Ilahiah
berupa keadilan, keberaturan, dan kasih-sayang, kebanyakan dari kita
malah terjebak dalam falsafah hidup chaos, absurditas, egoisme,
kegelisahan, dan kegamangan!
Jika kita tak ingin sampai terjebak dalam alur yang mematikan ini, kita
harus memperhatikan dan meluruskan “cara baca” kita. Jangan buru-buru
menerima suatu pendapat tanpa pembuktian dan pengkajian yang memadai.
Bersikaplah obyektif, jangan subyektif. Lihatlah realitas dengan kedua
mata terbuka! Jangan dengan sambil memicingkan mata apalagi menutup
mata! Jangan ikuti kebanyakan pendapat orang yang awam, karena
sesungguhnya kebanyakan orang itu bodoh dan hanya ikut-ikutan belaka
tanpa mengetahui permasalahan dan bukti-buktinya! Kajilah, telitilah,
dan bandingkanlah! Jangan sekedar ikut figur tanpa meneliti terlebih
dahulu isi perkataannya, komitmen dan dedikasinya pada umat. Dan, yang
paling penting dari itu semua, setelah melalui semua proses ini dan
menemukan kebenaran suatu permasalahan, jangan sekali-kali berpaling dan
mengingkarinya hanya karena berbeda dengan pendapat pribadi dan
kepentingan kita! Kalau tidak, kita tak lebih dari golongan pengingkar
yang pada akhirnya hanya akan termakan oleh pembangkangan kita sendiri!
4. Menyeimbangkan Kedalaman dan Pelebaran Bacaan
Setelah ketiga poin utama di atas kita lakukan, baru kita melangkah ke poin terakhir, yaitu penyeimbangan kedalaman dan pelebaran bacaan. Pendalaman berarti kita fokus pada prioritas bidang yang ingin dikuasai. Hal ini persis sama dengan poin nomor 1. Sedangkan pelebaran, berkaitan dengan cara kita untuk mencoba membaca dan menyerap hal-hal lain di sekeliling kita. Ini kita lakukan setelah proses pendalaman bacaan ditempuh.
Nah, jika keempat poin tersebut sudah dilakukan, artinya kita
benar-benar cerdas memilih dan memilah bahan bacaan yang tepat untuk
kita, sehingga cepat atau lambat akan terasa hasil yang diinginkan.
Dengan memperhatikan bahan bacaan berarti kita peduli pada diri sendiri
dalam memilih asupan baca. Supaya kelak ketika hal semacam itu
dilaksanakan tak ada rasa menyesal, melainkan rasa senang karena
melakukan hal yang bermanfaat.
Choosing the right reading materials is essential for personal growth and enjoyment. How Get Better Consider your interests, explore diverse genres, and seek recommendations.
BalasHapus