Tidak Ada Jatah Menteri Untuk Koalisi Merah Putih, Berbahaya . "Tidak ada jatah-jatahan menteri untuk Koalisi Merah Putih. Siapa yang bilang ada jatah menteri," tegas Jokowi singkat. Pernyataan itu diucapkan usai meresmikan patung dan Boulevard Soekarno di Pemerintah Kabupaten Boyolali, Sabtu (4 Oktober 2014).
Seperti kita ketahui bahwa pada 26 September 2014, DPR RI telah mensahkan RUU Pilkada tak langsung menjadi UU Pilkada. Dengan disahkannya UU ini maka ke depan Kepala Daerah, Gubernur, Bupati atau Walikota akan dipilih oleh DPRD, bukan lagi langsung dipilih oleh rakyat. Sedangkan sebelumnya juga DPR RI telah mensahkan UUMD3. Konsekwensi dari UUMD3 ini adalah Ketua DPR tidak otomatis diraih oleh Partai pemenang Pemilu (PDI-P). Namun Ketua DPR dipilih melalui voting, yang sudah barang tentu yang akan terpilih jelas dari anggota yang diajukan Partai Koalisi Merah Putih pimpinan Prabowo. Karena suara Koalisi Merah Putih jumlahnya akan mendominasi seluruh anggota DPR.
Intinya, mereka selalu berupaya untuk menjegal kubu sebelah (Kubu Jokowi). Rakyat is nothing.
Di Senayan sana, mereka telah menghunuskan pedangnya yang terasah tajam. Mereka saling menebas dan menyingkirkan satu sama lain. Mereka saling mengklaim bahwa apa yang dilakukannya adalah demi rakyat banyak, demi sesuap nasi bagi jutaan rakyat Indonesia yang sedang kelaparan. Tapi yang saya lihat di sana hakikatnya adalah pertarungan demi gengsi yang terkoyak oleh sebuah kekalahan yang mereka rasakan teramat getir. Duel mereka adalah duel berbalut DENDAM setelah saling tebar fitnah di arena Pilpres. Mereka inilah penebar kebencian di antara belahan rakyat yang berhasil dicuci otaknya. Mereka adalah badut-badut yang sedang menggila, yang menyingkirkan semua kemurnian hati dan hati nurani rakyat. Yang penting bagi Koalisi Merah Putih adalah kepuasan. Semuanya rame-rame membodohi, dan menganggap rendah intelektualitas rakyat. SBY dengan Demokratnya apalagi, menyebalkan stadium lanjut.
Lantas di manakah posisi rakyat di tengah duel para badut ini? Sekali lagi, rakyat is nothing. Mereka hanya disebut saat kampanye. Keluguan mereka adalah alasan kuat untuk dibawa-bawa dalam duel yang saling menyingkirkan itu. Rakyat hanyalah sasaran empuk yang dilempari isu, dijejali berbagai isu tentang kondisi terbaru, dijadikan supporter setia untuk bersorak, setelah itu saling tebas dengan mereka yang berbeda pendapat. Mereka semua badut, bangsat pula !
Kegilaan Koalisi Merah Putih itu, akhirnya juga menular pada hati terdalam saya. Pikiran gila saya berkata: “Jangan-jangan dalam waktu hanya tinggal menghitung hari ini DPR yang tergabung dalam kelompok Koalisi Merah Putih itu, membuat UU Baru yang isinya Menteri Dipilih oleh DPR. Berbahaya ! Mungkinkah? Wkwkwkwkwk.......tidak ada yang tidak mungkin bagi para badut ! Wakwakwakwak.......wkwkwkwk.....!!
Banten, 4/10/2014
Saya malah telah menduga bahwa hal itu merupakan bagian dari sknario biadab mereka. Begini Om, pernyataan apa pun yang mereka tewarkan melalui publik, pendapat atau penafsiran orang akan berbeda-beda. Hal itu tentunya sesuai dengan kemampuan linguistik dan ketajaman menangkap isi informasi. Sebenarnya dalam kelompok badut-badut politik itu sendiri terbagi ke dalam: politikus, pemeran politik, dan mangsa politik mereka tidak semua manyadari). Kalau perlu "tar" saya menulis yang isinya bahwa sknario politik ini terbagi ke dalam skala lokal, skala nasional, dan skala internasional.
BalasHapusBahkan ketajaman linguistik dan atau ketajaman menangkap isi daripada manuver para badut tsb, utk sebagian besar rakyat pendukung Prahara tidak lagi berfungsi karena mereka teman2 kita itu telah sama-sama merasakan kekalahan yg menyayat hati mereka. Saya rasa kebencian terhadap Jokowi pada mereka belum juga memudar, inilah yg saya sebut sebagai kebodohan mereka.
Hapus