PENDIDIKAN LEWAT KUKERTA MAHASISWA IAIN . Suatu hari ba’da magrib, kami sekeluarga duduk-duduk di kursi tamu dengan konsentrasi sebagian mengarah ke acara televisi saat itu. Tiba-tiba anaku yang paling kecil yang duduk di kelas 1 SD menghampiri saya dan bertanya, “Pah, apa sih artinya vocabulary?”
Pertanyaan tadi tidak serta merta langsung saya jawab, mengapa? Pertama, karena saya tahu bahwa di kelas 1SD tidak diajarkan mata pelajaran bahasa Inggris. Lalu, dari mana dia tahu kata-kata itu sedangkan di rumah terus terang saya belum sempat menyediakan kamus atau pun buku bacaan pelajaran bahasa Inggris. Kedua, karena saya sedikit heran, karena dia mengucapkan kata tadi nyaris sempurna cara mengucapkannya. Padahal, menurut saya ketika duduk di SMP merasa bahwa kata itu termasuk kata yang ribet dibacanya. Oleh karena itu, saya langsung balik tanya kepadanya, “Dari mana kamu tahu kata itu?” “Dari Bu, Guru”, katanya. Saya semakin heran, karena tidak paham guru yang mana yang dimaksud. Setelah dia mengatakan “Guru yang di masjid”, baru saya paham. Ternyata guru yang ia maksud adalah mahasiswa IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten (IAIN SMH Banten), yang mengajari mereka di masjid dalam rangka Program Kukerta (Kuliah Kerja Nyata).
Untuk beberapa kosa kata yang sudah disampaikan oleh pengajar (mahasiswa) mampu ia baca dengan baik hafal berikut artinya. Hal itu saya ketahui, dari caranya ia mengetes saya dengan mengajukan pertanyaan atas semua kata-kata yang ia tahu. Sebagai seorang praktisi pendidikan, tentu saja saya malah memancingnya agar menjawabnya sendiri sebagai cara tes saya terhadapnya. Ternyata, hafal semua, padahal itu baru satu kali mengikuti. Yang kedua kalinya, saya sendiri datang memantau dan mengambil gambarnya.
Sebagai orang tua, saya bangga dengan anak saya yang cukup baik dapat mengikuti pelajaran yang mereka berikan. Ada hal yang dapat kita petik, yaitu :
Pertama, pelajaran muatan lokal (mulok) bahasa Inggris di kelas 1 SD sebatas cocabulary sudah dapat diajarkan, dengan catatan usia saat masuk kelas 1 SD tepat 7 tahun. Anak saya masuk kelas 1 SD pada usia 7 tahun 2 bulan. Kedua, suasana belajar di luar kelas dengan situasi alamiah, lebih menyenangkan bagi anak usia kelas 1 SD. Karena dalam suasana yang alamiah ini anak tidak merasa tertekan secara formil. Itu logika. Ketiga, pada dasarnya pelaksanaan pendidikan dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja dan oleh siapa saja yang berkompeten di bidangnya.
Terkait hal yang ketiga tadi, tidak salah apabila dalam suatu kegiatan kukertanya mahasiswa IAIN SMH Banten, menyisipkan program pendidikan dalam program umum kegiatan pengabdian di masyarakat.
Dari sejak akhir tahun 2012 sampai tahun ini (2013) Desa Mekar Baru Kecamatan Petir Kabupaten Serang memang selalu menjadi sasaran kegiatan beberapa perguruan tinggi yakni kegiatan KKM (STIE Bina Bangsa), Kukerta (IAIN SMH Banten), atau Incam 2013 (Ponpes Assaadah Pasir Manggu). Kegiatan mereka datang silih berganti. Dan alhamdulillah ada dampak positipnya terhadap pembentukan karakter anak-anak sekitarnya.
Demikian curhat seputar Petir kategori pendidikan. Salam hangat, semoga ada manfaatnya.
0 komentar:
Silahkan Tinggalkan Komentar, Perhatikan ketentuannya !