Kisah Mengharukan, Maafkan Aku Ibu
Sumber : Kiriman MAYA MAYLIA di Facebook
Pada malam itu, Ana
bertengkar dengan ibunya. Karena
sangat marah, Ana segera meninggalkan
rumah tanpa membawa apapun.
Saat
berjalan di suatu jalan, ia baru menyadari
bahwa ia sama sekali tidak membawa
uang. Saat menyusuri sebuah jalan, ia
melewati sebuah kedai bakmi dan ia
mencium harumnya aroma masakan. Ia
ingin sekali memesan semangkuk bakmi,
tetapi ia tidak mempunyai uang.
Kasih sayang ibu yang secara rutin kita
dapatkan tak sadar sering kita lupakan
Pemilik kedai melihat Ana berdiri cukup
lama di depan kedainya, lalu berkata “Nona,
apakah engkau ingin memesan semangkuk
bakmi?” ”Ya, tetapi, aku tidak membawa
uang” jawab Ana dengan malu-malu “Tidak
apa-apa, aku akan mentraktirmu” jawab si
pemilik kedai. “Silahkan duduk, aku akan
memasakkan bakmi untukmu”.
Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu
mengantarkan semangkuk bakmi.
Ana
segera makan beberapa suap, kemudian air
matanya mulai berlinang.
“Ada apa nona?” tanya si pemilik kedai.
“Tidak apa-apa, aku hanya terharu” jawab
Ana sambil mengeringkan air matanya.
“Bahkan, seorang yang baru kukenal pun
memberi aku semangkuk bakmi, tetapi,
ibuku sendiri, setelah bertengkar
denganku, mengusirku dari rumah dan
mengatakan kepadaku agar jangan kembali
lagi ke rumah. Kau, seorang yang baru
kukenal, tetapi begitu peduli denganku
dibandingkan dengan ibu kandungku
sendiri” katanya kepada pemilik kedai.
Pemilik kedai itu setelah mendengar
perkataan Ana, menarik nafas panjang dan
berkata, “Nona mengapa kau berpikir
seperti itu? Renungkanlah hal ini, aku hanya
memberimu semangkuk bakmi dan kau
begitu terharu. Ibumu telah memasak
bakmi dan nasi untukmu saat kau kecil
sampai saat ini, mengapa kau tidak
berterima kasih kepadanya? Dan kau malah
bertengkar dengannya”
Ana, terhenyak mendengar hal tsb.
“Mengapa aku tidak berpikir tentang hal
tersebut? Untuk semangkuk bakmi dari
orang yang baru kukenal, aku begitu
berterima kasih, tetapi kepada ibuku yang
memasak untukku selama bertahun-tahun,
aku bahkan tidak memperlihatkan
kepedulianku kepadanya. Dan hanya karena
persoalan sepele, aku bertengkar
dengannya.
Ana, segera menghabiskan bakminya, lalu ia
menguatkan dirinya untuk segera pulang
ke rumahnya. Saat berjalan ke rumah, ia
memikirkan kata-kata yang harus
diucapkan kepada ibunya. Begitu sampai di
ambang pintu rumah, ia melihat ibunya
dengan wajah letih dan cemas.
Ketika
bertemu dengan Ana, kalimat pertama yang
keluar dari mulutnya adalah “Ana kau
sudah pulang, cepat masuklah, aku telah
menyiapkan makan malam dan makanlah
dahulu sebelum kau tidur, makanan akan
menjadi dingin jika kau tidak memakannya
sekarang”.
Pada saat itu Ana tidak dapat menahan
tangisnya dan ia menangis dihadapan
ibunya.
Sekali waktu, kita mungkin akan sangat
berterima kasih kepada orang lain di
sekitar kita untuk suatu pertolongan kecil
yang diberikan kepada kita. Tetapi kepada
orang yang sangat dekat dengan kita
(keluarga) khususnya orang tua kita, kita
harus ingat bahwa kita berterima kasih
kepada mereka seumur hidup kita.
Seringkali kita menganggap pengorbanan
mereka merupakan suatu proses alami
yang biasa saja; tetapi kasih dan kepedulian
orang tua kita adalah hadiah paling
berharga yang diberikan kepada kita sejak
kita lahir.
Diposting Oleh : Joy Johari ~ http://petir-fenomenal.blogspot.com/
0 komentar:
Silahkan Tinggalkan Komentar, Perhatikan ketentuannya !