Lucunya Aksi 211, JK Tolak Tuntutan FPI . Aksi 211 ternyata punya tujuan yang tidak masuk akal kalau tidak mau dikatakan gila. Mereka menuntut agar pemerintah mengakui bahwa bendera yang dibakar oknum Banser di Garut adalah bendera tauhid.
"Sampai saat ini belum ada dari pemerintah maupun PBNU menyatakan hal itu. Kita akan menuntut itu, adanya pengakuan dari pemerintah, negara, bahwa betul bendera yang dibakar bendera tauhid." (Slamet, CNNIndonesia).
Lalu kenapa justru orang lain yang memaksa pembakar, PBNU dan pemerintah mengakui bahwa bendera itu sebagai bendera tauhid? Apa mereka mau memaksa pembakar, PBNU dan pemerintah melakukan seperti apa yang mereka inginkan? Emang kamu Siapa maksa-maksa. Maunya mau dihargai haknya, tetapi kamu tidak mengakui hak kebebasan orang lain.
Tidak perlu Anda berpikir Panjang untuk menilai bahwa tuntutan aksi 211 tidak masuk akal. Bagaimana mungkin pemerintah mengakui bendera yang bukan benderanya? Itu sama saja pemerintah mengakui berdirinya HTI di negara ini dengan mengakui benderanya. Atau setidaknya memaksa pembakar mengakui apa yang dia sendiri tidak mengakuinya.
Makanya JK menolak mentah-mentah tuntutan FPI dan peserta aksi 211. Menurut JK pemerintah tidak pernah membuat aturan mengenai penentuan bendera. Pun pemerintah tidak mengatur ketentuan bendera apa pun kecuali bendera negara, sang saka Merah Putih.
JK juga menjelaskan bahwa apakah bendera yang dibakar itu adalah bendera HTI atau bendera tauhid yang tergantung Siapa yang mengakuinya. Kalau dipercaya sebagai bendera tauhid, ya itu kepentingan masing-masing individu bukan kepentingan pemerintah.
"Tidak perlu (bendera tauhid diakui pemerintah), ya pemerintah kan tidak pernah bikin aturan seperti itu. Tentu pemerintah tidak pernah menetapkan bendera ini harus begini, bendera ini harus begini. Tidak, tidak. Bahwa masing-masing menganggap itu (bendera tauhid), silakan. Bahwa bendera tauhid sesuai kepercayaan, silakan." (JK, Detik)
Logikanya begini. Pembakar itu meyakini bahwa itu adalah bendera HTI. Dia punya hak untuk mengakui itu sebagai bendera HTI karena mungkin dia belajar dari fakta-fakta selama ini bahwa HTI selalu menggunakan bendera itu. Jadi tidak bisa dipaksa agar dia meyakini itu sebagai bendera tauhid. Kenapa bukan peserta aksi saja yang mengakui bendera itu sebagai bendera HTI, jadi tidak perlu aksi-aksian. Buat macet saja.
Jangan pula kalian berharap PBNU akan tunduk pada tekanan massa. Sebelum kamu berdemo, mereka sudah menyatukan hati dengan Muhammadiyah untuk tetap menjaga keutuhan dan kesatuan NKRI. Mereka tidak sendirian. Muhammadiyah sendiri tidak menganjurkan warganya untuk ikut dalam aksi. Itu artinya, mereka juga tidak setuju bahwa bendera yang dibakar itu adalah bendera tauhid.
Jadi PBNU sudah membaca skenario aksi. Hanya ada tiga kemungkinan demo ini. Pertama, untuk menciptakan kegaduhan. Dengan adanya tuntutan tak masuk akal, maka demo akan bisa berlanjut terus menerus. Awalnya tuntutannya adalah untuk menegakkan keadilan. Padahal kepolisian sudah bertindak dengan cepat. Lalu apa lagi yang mau mereka tuntut kecuali mau menciptakan kegaduhan?
Kedua, untuk mendukung HTI. Bendera itu sudah jelas-jelas selalu digunakan HTI. Eks HTI pun mengakui bahwa bendera itu adalah bendera HTI. Maka ketika aksi 211 membela bendera itu maka mereka sedang mendukung HTI.
Ketiga, ditunggangi kepentingan politik. Terbukti bahwa Prabowo menunggangi aksi ini. Peserta aksi mengenakan baju kampanye Prabowo-Sandi. Peserta aksi mengampanyekan gerakan makar ganti presiden dan mendukung Prabowo serta mengacungkan salam loser (dua jari ala salam LGBT China).
Kalau ternyata aksi ini hanya mau menciptakan kegaduhan, mendukung HTI, dan demi kepentingan politik Prabowo-Sandi, maka lagi-lagi agama dipermainkan, hanya sebagai alat politik.
v
BalasHapusBest Travel CRM
BalasHapusBest Travel CRM in Dubai
Best Travel CRM in Bangladesh
Best Travel CRM in India