Minggu, 14 Desember 2014

Analisisku Di Balik Pecahnya Golkar

Analisisku Di Balik Pecahnya Golkar . Saya rasa bukan Golkar namanya kalau tidak pandai memainkan peran dalam panggung politik dalam situasi apa pun. Para politisi Golkar di pusat dan daerah semua terbilang kebanyakan sudah kenyang makan asam garam politik. Tidak mungkin Golkar pecah sungguhan. Kalau Golkar bikin kisruh di Partai lain, semisal internal PDI jaman dulu, itu ahlinya. Orang Golkar menyusup pura-pura orang PDI, itu sudah tradisi. Nah, kalau Golkar pecah sungguhan, sepertinya tidak mungkin.

Aburizal Bakri/Ical (kiri) dan Agung Laksono (kanan)
Memang, dari awal sebelum Pilpres Golkar terbelah jadi 2 kubu. Karena di sana ada loyalis Jusuf Kalla yang menghendaki mendukung pasangan Jokowi-JK dan ada kubu Ical yang masghul tak laku dijual sepeser pun yang ngotot mendukung Prabowo. Namun dinamika politik begitu hidup dan sangat terasa kekerasan dari kedua kontestan. Sehingga orang-orang Golkar sebenarnya relative nyaman dengan bergabungnya di kubu Prabowo. Dalam situasi masa itu Golkar lihai dan cerdas bagaimana memainkan peran. Golkar bahkan partai mana pun sudah sangat jelas sudah bisa membaca dan menakar nasibnya masing-masing jika capres yang mereka dukung kalah. Sampai-sampai mereka (khususnya Golkar) sudah memikirkan nasibnya lima tahun ke depan. Maka Golkar dan partai pendukungnya membentuk Koalisi Merah Putih alias KMP. Dan, di sini motor penggeraknya adalah Golkar. Semua sepakat membentuk KMP karena bertujuan menjegal semua hak dan langkah-langkah kubu sebelah. Dengan terbentuknya koalisi, maka semua unsur pimpinan dan semacamnya akan dengan mudah direbut oleh Partai yang tergabung dalam KMP. Itu menjadi kenyataan. Dan koalisi sebelah (KIH) berhasil dibuat gigit jari. Jika tidak dibentuk KMP, tidak mungkin pendukung Prabowo menguasai parlemen, dan tidak mungkin pula partai pendukung Prabowo mendapat jabatan-jabatan strategis di parlemen.
Dinamika politik terus berjalan. Dil-dil politik dan strategi bukan hanya dimainkan oleh KMP, namun tentunya dilakukan pula oleh internal partai itu sendiri bagaimana memanfaatkan KMP.
Tentu saja semua anggota KMP akan bermunafik ria menanggapi pendapat-pendapat yang menyatakan koalisi merah putih tak akan bertahan lama. Pernyataan dari luar yang menyatakan KMP suatu saat akan bubar merupakan respon terhadap koar mereka bahwa koalisinya adalah permanen. Sebenarnya mereka sudah tahu KMP tidak mungkin bertahan permanen. Nah, di sisi inilah mereka sedang ngibuli Prabowo (Gerindra). Prabowo dengan Gerindranya senang dijunjung tinggi oleh KMP padahal kepentingannya hanya untuk sesaat. Bagi-bagi jabatan, membuat UUMD3, dan UU Pilkada.
Waduh, analisisnya kok muter-muter dahulu ya. Ok-lah, kita kembali kepada inti pembicaraan yakni di balik pecahnya Golkar.
Golkar bermain cantik dalam KMP. Namun Golkar bukanlah partai abal-abal apalagi ecek-ecek. Golkar senior dan dewasa. Melalui KMP, Golkar di parlemen mengibaratkan diri sebagai sebuah rumah yang masih kosong belum ada apa-apanya. Maka Golkar harus memenuhi dahulu rumahnya dengan perabot dan alat-alat rumah tangganya. Maka beberapa jabatan kekuasaan didapat. Baru setelah itu, keluar dari KMP. Lantas harus dengan begitu sajakah menyatakan keluar? Anak kecil namanya kalau begitu saja keluar meninggalkan rasa sakit buat Gerindra terlebih-lebih Prabowo. Kecantikan bermain Golkar tak perlu diragukan lagi di arena pentas politik. Di samping tidak etis Golkar pun tidak ingin dicap macam-macam oleh rakyat yang menyaksikan sandiwaranya. Maka mau tak mau, Golkar harus pura-pura pecah serius-seriusan. Padahal di belakang layar, mereka secara internal mengatur siasat. Ical yang telah gagal membawa Golkar selama ini sudah menyadari untuk diganti oleh yang lain, yaitu Agung Laksono. Namun Ical ngotot mencalonkan diri lagi menjadi Ketum dan menyelenggarakan Munas IX di Bali. Sementara Agung Laksono membuat Munas Tandingan di Ancol dengan waktu yang berbeda. Pecahlah Golkar menjadi dua kubu dengan dua kepengurusan. Quo vadis Golkar? Golkar akan keluar KMP dan mendukung pemerintahan baru atau setidaknya di luar pemerintahan namun tidak juga di KMP. Jika nanti merapat ke Koalisi Indonesia Hebat (KIH) kubu manakah yang menang, Ical atau Agung? Tentu saja Agung Laksono. Nah, Icalnya gimana dong?!!! Itu soal gampang, bro ! Islah saja beres. Ical legowo dan ngalah membiarkan kubu Agung mengambil kendali Golkar dengan segala statement Ical yang penuh kenegarawanan. Tentu saja babak ini akan dimainkan terkahir setelah Menkumham mengesyahkan kubu Agung Laksono. Cantik bukan? Keluar KMP tanpa ada yang tersakiti. Golkar keluar, dan PPP juga keluar. Maka KMP akan menjadi macan ompong. Percuma KMP ada, maka selanjutnya secara alamiah partai-partai yang lain seperti PAN, PKS dan Demokrat dengan sendirinya akan keluar juga. Prabowo dengan Gerindranya tidak punya teman sejati.
Ada baiknya anggota KMP keluar lebih cepat dengan caranya yang cantik seperti Golkar. Lebih cepat lebih baik, sebab jika terjadi di tahun ke-4 atau menjelang pilpres, sandiwaranya akan kentara di mata rakyat.
Waallahu’alam. Namanya juga analisis. Yang menganalisis orang awam. Tapi mari tunggu endingnya seperti apa, tepatkah analisisku? Jika tepat, Joy teaaaaaa......!!!
Hahahahah.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan Anda semoga bermanfaat. Silahkan tinggalkan komentar, mohon jangan mencantumkan link live atau spam ! Berkomentarlah dengan bahasa yang santun !