Rabu, 27 Agustus 2014

Bisa Kaya Melalui Air Mata Ibu

Bisa Kaya Melalui Air Mata Ibu . Tiga puluh tahun yang lalu, dia adalah disebut anak seorang petani juga kurang tepat, walaupun ayahnya kadang bertani. Saya tahu persis waktu itu, ayahnya tukang penjual singkong yang dijual menggunakan gondeng diangkut menggunakan sepeda ontel. Ayahnya juga pernah menjadi orang pencari ijuk enau yang dijual kepada bos perajin tambang.

 
Gbr. ilustrasi dari google
Dia adalah sahabat saya ketika masa kecil. Di SD dia satu kelas dengan saya. Ketika SD, dia dikenal tukang ngantuk di kelas. Sampai-sampai suatu hari dia ditinggalkan sendirian di dalam kelas karena tertidur, padahal jam belajar waktunya pulang. Selama saya kenal dia, seingat saya dia orangnya baik. Selama di SD dia belum pernah berulah macam-macam layaknya anak-anak nakal.
Dia adalah sahabat saya yang bernama H. Asnawi. Kini dia sudah menyandang sebutan haji, pertanda sudah menunaikan rukun Islam yang kelima, yaitu naik haji.
Sejak lulus SD kami sudah berpisah dalam arti sudah tidak lagi berteman sebagaimana masih sama-sama sekolah di SD. Nasib kami memang waktu itu berbeda. Dia sejak lulus SD lari ke kancah mencari uang, sedangkan saya melanjutkan sekolah ke SMP. Pasar Induk Kramat Jati Jakarta menjadi tidak asing bagi dia walaupun dalam usia anak-anak. Padahal bagi saya sendiri, kota kabupaten saja belum pernah tahu. Karena itulah kami putus hubungan.
Petualangannya sebagai anak yang mencari makan sendiri, membuatnya semakin dewasa dan mengerti arti hidup. Namun menurutnya, usaha untuk meraih kesuksesan duniawi, sangatlah sulit dan selalu mengalami jatuh bangun. Berpuluh-puluh tahun di pasar induk tetap saja menjadi tukang kuli atau menjadi pedagang centeng (pedagang eceran modal kepercayaan). Seiring dengan bertambahnya usia, dia pun menikah. Entah istri yang ke berapa kali dia menikah dengan orang Sukabumi ini. Kini dia jadi orang Sukabumi.
Pada suatu saat, rupanya kami sama-sama sedang berada di kampung kelahiran. Kebetulan hari itu hari Jum’at, jadi kami shalat Jum’at di Masjid yang sama. Rumah orang tua dia dengan orang tua saya agak jauh, tapi kalau saya pulang dari masjid, harus melewati rumah orang tua dia.
Sebentar yah, saya cerita dulu. Jadi terpaksa harus muter-muter dulu, heheh.
Ketika shalat Jumat tadi, saya tidak melihatnya padahal dia duduk di sebelah kiri saya hanya terhalang oleh satu orang. Mata saya sebenarnya samar-samar melihatnya, namun saya tak mengenalinya dan hanya melihat sekilas karena maklum dalam kondisi shalat Jumat orang biasanya jarang memandang ke mana-mana. Dia terlihat dari pandangan samping mata saya mengenakan jubah serba putih dan udeng haji. Ternyata dia sahabat kecil saya.
Ketika saya pulang, saya melewati rumah orang tuanya. Dari kejauhan saya sudah melihat sebuah mobil avanza warna silver diparkir di pinggir rumah di bawah rimbunya pohon bambu. Pas di depan rumah tersebut terlihat dia baru saja mau masuk rumah. Ketika mau melepas sandalnya ia menoleh ke belakang ke arah saya berada. Sontak dia teriak “Joh, masya Allah……lawas temen kita ora kependak, mampir dikit wajib mampir, kita ngobrol sambil ngopi” (Joh, Masya Allah….lama amat kita ga ketemu, mampir dulu wajib mampir, kita ngobrol sambil minum kopi). Tentu saja tanpa disuruh mampir pun saya pasti mampir kalau yang saya lihat dia sebagai H. Asnawi, karena sama saya juga kangen.
Kami berjabat tangan sambil berpelukan erat melepas rasa kangen. Ternyata dia bersama istrinya dari Sukabumi. Kami masuk, kopi pun dihidangkan oleh istrinya berikut sepiring roti yang dibeli dari warung. Hehehe…kok jadinya kaya cerpen ni ya !!
Kami saling bertukar informasi tentang masing-masing lakon-lakon yang selama ini dijalani. Terlalu panjang kalau saya harus uraikan semuanya di sini. Jadi, saya hanya akan mengutip isi obrolan yang menyangkut dia mengenai bagaimana sekarang dia menjadi orang berpunya.
Dia sekarang menjadi orang yang punya di Sukabumi. Usahanya hebat, menjadi pengirim sayur-mayur dari Sukabumi ke Pasar Induk Kramat Jati Jakarta dalam skala berton-ton. Menjadi seorang pengirim sayuran modalnya tidak sedikit. Lalu dari mana dia modalnya sehingga bisa merintis usahanya itu? Rupanya tumbal kesuksesan selama ini baru hari itu dibukakan kepada orang lain, yaitu saya. Sebelumnya, pernah dibuka kepada adik kandungnya yang juga kini sudah menemui kemudahan dalam usaha. Adiknya juga sudah mampu membeli avanza warna hitam dengan cara cash.
Sambil merendahkan nada suaranya dia agak mendekati saya, lalu mengatakan dengan penuh khusu tentang tumbal tadi.
Dia merasa hidupnya selama ini tak pernah ringan. Suatu hari datanglah dia ke kampung halaman menemui ibunya dengan tujuan curhat securhat-curhatnya. Dia memeluk ibunya curhat dengan penuh ikhlas seraya mohon dimaafkan atas segala kesalahannya selama ini kepada ibunya. Tangis haru dia mampu membuat ibunya itu berlinangan air mata. Dengan penuh ikhlas dilaplah air mata ibunya dengan sapu tangan miliknya.
Singkat cerita, sapu tangan yang menyimpan air mata ibunya tadi tidak pernah dicuci, akan tetapi dimasukkan dengan rapi ke dalam dompet. Pikirnya, itu akan dijadikan tumbal hidup.
Tak lama setelah peristiwa itu, dia kedatangan tamu bermobil mengaku dari Jakarta. Tamu suami istri tersebut meminta dicarikan tanah sekian hektar (saya lupa, tapi insya Allah cerita ini valid) di mana saja terutama daerah Sukabumi. Sempat dia bingung, karena merasa urusan tanah bukan keahliannya, itu urusan para anemer-anemer tanah yang biasanya dalam waktu singkat bisa kaya ketimbang penjual tanah itu sendiri. Dia akhirnya menyanggupi.
Ajaibnya, dia menemukan kemudahan dalam mencari tanah yang akan dijual. Otomatis dia langsung konfirmasi kembali kepada calon pembeli tadi. Dia diberi modal untuk belanja tanah. Belajar bisnis tanah, dia mendapat untung lumayan besar untuk ukuran waktu itu. Selain untung dari penjualan, dia juga diberi pula uang jasa / komisi dari pembeli tersebut. Total jenderal dia punya uang sebesar 700 juta rupiah.
Dari situ dia membangun rumah yang cukup mewah untuk ukuran di sana. Sisanya, digunakan untuk bisnis. Menurutnya, mungkin para tetangga dan teman-teman seperjuangan di pasar, menduga bahwa dia menjadi kaya dengan jalan ingkar (melakukan pesugihan keluar dari jalur agama Islam).
Kini dia sudah naik haji, menjadi H. Asnawi. “Ya Allah, ampunilah segala dosa dan kekhilafan saya selama ini. Saya pasrah kepadaMu jiwa dan raga Ya Allah. Lancarkanlah perjalanan haji saya. Jadikanlah saya haji yang mambrur. Berilah saya jiwa yang insyaf karena Allah. Pulangkanlah saya ke tanah air apabila saya akan hidup lebih baik untukMu. Dan matikan saya di sini apabila saya hanya akan menambah dosa” itulah doa menurut cerita dia ketika turun dari pesawat menyentuh tanah Mekah.***
Sahabat, selamat menjalani hari-hari yang penuh berkah. Saya ikut bangga dan bersykur atas karunia yang tercurah kepadamu. Jauh di mata, dekat di hati. Walau kita jauh, kita tetap saling do’akan. Semoga saya pun menyusul sepertimu. Bukan perkara sulit bagi Allah untuk mengangkat harkat dan derajat seseorang. Semoga suatu saat tulisan ini akan dibaca oleh anakmu yang katanya sudah melek internet itu. Sayang sekali, foto bersama waktu kamu cerita, tersimpan di leptop yang sudah di tangan orang dan saya lupa mengambilnya****

2 komentar:

  1. Aslmlkm. Apa kabar Sobat? Setelah saya berkunjung ke blog anda, saya jadi

    tertarik dengan gaya menulis anda.

    Dari itu saya ingin menawarkan anda sebuah job, mereview blog saya: caramembuatdonatkentang.com.

    Hasil reviewnya anda tulis di blog anda. Trus kasih link ke blog saya.

    Imbalannya saya hadiahkan anda uang Rp 100.000. Tertarik ga?

    Syarat:
    1. Murni tulisan anda
    2. Minimal artikel 300 kata
    3. Memberikan link: Cara Membuat Donat, ke blog saya caramembuatdonatkentang.com
    4. Konfirmasi cepat ke 0852 66966 520

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, boleh juga nih. Tapi sayang, justru saya lama ga update karena sedang ada kesibukan pribadi. Namun sekarang juga siap meluncur ke TKP. Terima kasih atas tawarannya.

      Hapus

Terima kasih atas kunjungan Anda semoga bermanfaat. Silahkan tinggalkan komentar, mohon jangan mencantumkan link live atau spam ! Berkomentarlah dengan bahasa yang santun !