Senin, 07 April 2014

Calon Wakil Rakyat Membeli Rakyat yang Diwakilinya

Calon Wakil Rakyat Membeli Rakyat yang Diwakilinya . Pelaksanaan Pemilu 2014 untuk menentuka wakil-wakil rakyat yang bakal duduk di parlemen, sudah diambang pintu tepatnya 2 hari lagi. Pada waktunya nanti, Rabu, 9 April 2014, seluruh rakyat Indonesia akan berduyun-duyun melaksanakan pesta demokrasi di TPS masing-masing. Masih tepatkah hajatan ini disebut pesta demokrasi? Menurut saya ya, masih tepat. Karena kita memilih wakil rakyat siapa pun orangnya, dilakukan di dalam bilik suara tanpa siapa pun tahu. Rakyat bebas dan rahasia menentukan pilihannya. Tapi, betulkah mereka merasa bebas dan sebebas-bebasnya? Untuk yang satu ini justru saya ragu. Saya memandang bahwa rakyat bebas melakukan itu namun bebas yang terintimidasi. Maka hasilnya, kebebasan yang terbelenggu. 

Kita semua tahu bahwa para caleg sebelumnya berkampanye dengan money politic. Tidak ada bedanya dengan pilkades, di pileg pun ada serangan fajar. Amplop yang isinya uang alakadarnya inilah yang membuat rakyat terintimidasi. Karena kita tentunya paham juga bahwa sebagian besar masyarkat terutama di perkampungan, belum mengerti betul apa sih pemilu itu. Jika pun sedikit paham, mereka juga tetap tidak mengerti calon yang bagaimana yang harus dipilih. Akhirnya, dipilihlah calon yang membagi-bagikan uang.
Ironis sekali. Sejatinya para caleg itulah yang harus kita dukung secara moral dan bila perlu materil. Masyarakat memilihnya karena bertujuan mewakilkan aspirasinya untuk dibawa di parlemen. Wajar apabila rakyat berambisi mendukung seseorang dengan materi sekalipun. Lha ini, malah yang akan direpotkan yang membayar yang merepotkannya. Kenapa ini terjadi? Alasanya karena ini tentu sangat berkorelasi dengan tingkat kebodohan masyarakat Indonesia. Dan kebodohan rakyat bagi para caleg adalah asset berharga. Untuk mendukungnya, sama sekali mereka tidak butuh orang berpendidikan tinggi. Yang penting rakyat mengerti cara nyoblosnya. Mengapa mereka tidak butuh orang pandai? Orang pandai dianggap orang yang tidak dapat dipengaruhi. Orang pandai bisa dan pandai menilai layak atau tidaknya calon wakilnya di DPR/DPRD. Saya rasa bukanlah kemiskinan alasannya. Sebab saya sendiri masih miskin, tapi belum pernah memilih karena diarahkan oleh uang yang menghina kedaulatan saya itu. Tapi bukan juga saya merasa diri pandai, tapi artinya saya sudah cukup mengerti dan kritis, heheh… Ups, kok, dikasih uang dibilang menghina bro? Bagi saya, caleg ngasih uang 20 ribu atau besarnya sampai 50 ribu adalah penghinaan. Bagi saya, memilih wakil rakyat adalah hak privasi individu yang secara kritis harus dilihat track record dan kualitasnya. Maka ketika caleg pendatang baru, yang belum mengerti apa-apa di bidang parlemen, serta di masyarakat pun tidak memiliki kontribusi dan pengaruh apa-apa memberi saya uang segitu, adalah menghina intelektualitas saya. Pengangguran lulusan SMA nyaleg, di masyarakat belum punya pengaruh apa-apa, kemampuan juga sangat diragukan, apakah salah kalau saya (rakyat) menganggapnya cuma mencari kerja? Saya sangat menghargai niat mereka, tapi adalah hak saya kalau saya tidak yakin pada mereka, hehehe… Caleg yang demikian ini yang nanti jika terpilih hanya akan menjadi bulan-bulanan pemerinta daerah yang korup. Tidak mungkin mereka mampu melawan kekuatan eksekutif yang mengajaknya kongkolingkong. Padahal seharusnya, merekalah yang muda-muda yang mestinya memiliki integritas dan idealism tinggi. Sayangnya, tak ada satu dalam sepuluh. Setelah duduk bagi mereka yang penting dapat gaji gede, fasilitas hebat, gengsi status tinggi, dihargai semua orang, sampingan lancar. Perkara bikin undang-undang bisa atau tidak, itu urusan anggota yang lebih kompeten. Toh, bisa kopi paste dari draf-draf yang sudah ada, heheh….
Yang jelas… masyarakat awan pun sering bilang macam-macam: “pilih saja yang ngasih uang, kalau sudah jadi mah sombong, gak inget sama kita”, “dia kan digaji gede, jadi wajar dong ngasih kita uang” dan lain-lain.
Demikian coretan (ngawur?) kali ini, semoga bermanfaat. Mari sukseskan pemilu besok untuk menentukan pemimpin kita yang amanah. Oleh karena itu, bersikaplah bijaksana untuk tidak golput. Semoga pemilu kali ini melahirkan wakil-wakil rakyat yang tidak melaratkan rakyat.
Wallahua’lam.

2 komentar:

Terima kasih atas kunjungan Anda semoga bermanfaat. Silahkan tinggalkan komentar, mohon jangan mencantumkan link live atau spam ! Berkomentarlah dengan bahasa yang santun !