Belajar dari Subro Dangdut Akademi

Belajar dari Subro Dangdut Akademi . Pada malam Sabtu kemarin (14/3/2014) jujur saya baru kali itu melihat penampilan SUBRO asal Banten, pada ajang kontes nyanyi dangdut di Dangdut Akademi acara milik Indosiar. Bukan karena saya tidak senang dangdut, justru saya termasuk manusia ndeso yang hobi dangdut. Saya dapat melihat penampilan Subro tersebut di rumah teman yang jauh dari kampung saya. Di rumah, saya sudah hampir setahun tidak bisa menyetel TV lewat dari jam 21.00 lantaran orang tua sedang sakit dan anti bising suara TV walaupun volume TV alakadarnya. 

Subro (dok. pribadi)

Menyaksikan penampilan Subro, bagi saya menimbulkan inspirasi dan penghayatan tersendiri. Subro adalah satu-satunya kontestan yang bermata buta, namun talentanya luar biasa di kancah tarik suara khususnya jenis dangdut. Karenanya, dari semua dewan juri waktu itu, tak satu pun melontarkan kekurangan Subro, bahkan semuanya menyatakan penampilan Subro adalah perfect. Apa yang dapat kita petik dari seorang Subro yang kata orang mempunyai kekurangan? Betulkah Subro mempunyai kekurangan, atau malah memiliki kelebihan? Menurut saya Subro memiliki banyak kelebihan dari satu kekurangannya itu. Dengan kekurangannya itu, maka tulisan ini pun tak akan dibaca oleh Subro sampai kapan pun. Di sinilah Subro butuh bantuan orang lain. Berarti perjuangan hidup Subro jauh lebih berat daripada kita yang normal tanpa kekurangan fisik. Namun kita tidak tahu, apa tujuan Tuhan di balik semua yang kita pandang sebagai kekurangan itu. Setidaknya kita dapat belajar berlatih menemukan inspirasi baru dari sikap orang lain semacam Subro yang tak pernah tahu indah-buruknya dunia.

Dari satu kasus Subro tersebut, kita selayaknya bisa mendapatkan inspirasi kebaikan dari sikap dan kondisi orang lain, bagaimana pun keadaan mereka. Seluruh peristiwa dalam hidup ini sebenarnya guru yang bisa mengajarkan kita untuk menjadi manusia yang lebih baik. Mungkin saja jalan hidup yang kita lalui tidak sama dengan orang lain, tapi perilaku orang lain semestinya bisa melahirkan imbas semangat baru pada hidup kita. Apalagi dari seseorang yang kita anggap memiliki kekurangan. Segala keadaan harus bisa menghasilkan sesuatu yang positif bagi diri kita. Di sini kearifan dan kebijakan kita diuji. Apakah kita tetap bisa memelihara sikap positif dan melihat segala sesuatu dari kacamata positif, bahkan terhadap situasi yang buruk sekalipun. Apakah kita lebih suka mencari solusi daripada frustasi, lebih suka memuji daripada mengecam, lebih suka membicarakan kekurangan orang lain daripada mencari hikmah, dan lain sebagainya. Agar bisa menangkap hikmah, tentunya kita harus dekat dengan Allah. Karena kedekatan kepada Allah, akan banyak mempengaruhi kita dalam menilai sesuatu. Orang yang dekat dengan Allah akan lebih menggunakan kaca mata hikmah, ketimbang kaca mata tuduhan atau suudzon kepada Allah terhadap berbagai peristiwa yang kita lihat dan alami. Kita akan lebih kokoh dan tidak tergoda dengan fenomena lahir, pujian, pangkat, kedudukan dan semua label kehormatan  dari manusia. Kita juga akan terhindar dari penialaian keliru terhadap orang lain, merasa lebih baik dari orang lain, dan lebih memperhatikan kekurangan diri daripada melihat kekurangan orang lain.

Banyak pelajaran yang besar yang kita petik dari seorang Subro. Benang merahnya adalah kondisi lahir ternyata sama sekali tidak mencerminkan kualitas dan keistimewaan seseorang. Maka tepat apa yang dikatakan salah satu Juri Rita Sugiarto, bahwa untuk meraih sukses, seseorang tidak harus bisa melihat. Subro tidak bisa melihat, akan tetapi ia bisa merasakan apa-apa yang ada di sekitarnya. Dan, Subro, terhindar dari segala dosa maksiyat mata, sedangkan kita, astagfirullah!!?

*****15/3/2014*****