Minggu, 26 Januari 2014

Peringatan Hari Besar Islam Gratis, Mungkinkah Suatu Saat Dikomersilkan

Peringatan Hari Besar Islam Gratis, Mungkinkah Suatu Saat Dikomersilkan . Betul apa yang dikatakan oleh peneliti dari Iwata Prefecture University, Ken Miichi, sebagaimana dilansir Republika di Serang Banten pada 27 September 2013 lalu, mengatakan bahwa Majlis Ta’lim sekarang berafiliasi kepada Parpol. Lebih lanjut Ken Miichi menjelaskan bahwa parpol urutan pertama yang mendapat dulangan suara dari majlis ta’lim adalah Partai Demokrat, dan PKS menduduki peringkat kedua yang selanjutnya PAN sebagai yang ketiga.
Sekarang yang akan terjadi di kampungku adalah kegiatan memperingati maulid Nabi Muhammad SAW. Kita tahu semua bahwa sebentar lagi bangsa Indonesia akan mengadakan hajatan besar lima tahunan, yakni pesta demokrasi Pileg dan Pilpres 2014. Moment Maulid Nabi tidak luput dari perhatian parpol untuk unjuk narsis dan mensosialisasikan partainya dan sekaligus calon legislatife yang diusungnya. Pasalnya, kegiatan Majlis Ta’lim dengan tajuk Peringatan Maulid Nabi Muhamad SAW ini akan dilaksanakan bukan oleh jamaah masjid Al’Arif Kampung Lembur Jati Desa Mekar Baru Petir, tapi oleh IMMAS. IMMAS adalah Ikatan Majlis Ta’lim Serang Selatan. Lalu apakah IMMAS berafiliasi dengan parpol?

Spanduk yang dipajang IMMAS di Masjid Al'Arif
Dengan tidak bermaksud suudzon (berprasangka buruk), saya agak curiga bahwa arahnya memang ke sana. Indikasi mengapa IMMAS dan kegiatannya dikatakan berafiliasi, karena grand designer-nya adalah notabene calon legislatife dari PKS. Jujur, saya belum mendalami apakah IMMAS itu sendiri adalah Majlis Ta’lim milik Partai PKS atau bukan? Sebagaimana Demokrat juga mempunyai Majlis Ta’lim SBY. Kalau dilihat dari namanya, IMMAS ini, sepertinya Majlis Ta’lim bukan milik PKS karena tidak ada tagline yang mengarah ke kepemilikan PKS. Kalau benar adanya, ini jelas majlis tersebut berafiliasi dengan PKS.
Terlepas dari berafiliasi atau pun tidak, yang jelas bagi masyarakat adalah kegiatan ini tidak menjerumuskannya. Dan dari sisi syariat Islam, hal itu tidak subhat apalagi haram. Toh, kegiatannya adalah keagamaan dan sekalipun jangan membawa-bawa partai. Karena Masjid Al’Arif yang akan dijadikan tempat kegiatan ini adalah milik seluruh umat Islam khususnya warga terdekat yang mungkin berlatar belakang dari berbagai pendukung partai. Namun sejatinya suatu majlis ta’lim sebaiknya jangan berafiliasi dengan suatu partai, karena majlis ta’lim merupakan wadah kegiatan keagamaan yang sifatnya harus netral apabila tidak ingin terjadi psykis gap horizontal. Karena antara partai dan agama jaraknya sangatlah jauh. Partai ya, partai, agama ya agama. Agama harus menjamin penganutnya berada pada satu bahtera kehidupan yang sama. Partai memang mungkin dapat menyatukan seluruh agama berpihak pada satu partai. Namun caranya jangan secara prontal mengatasnamakan partai di tengah-tengah umat yang beragam idealisme.
Pembahasan yang amat dangkal di atas, sebenarnya bukan tujuan yang ngebet ingin saya sampaikan, namun 2 hal menggelitik yang ingin saya sampaikan adalah :
Pertama, spanduk yang terpampang di depan pagar masjid Al’Arif tersebut sungguh mengganggu pikiran saya. Anda bisa baca ulang spanduk tersebut di atas. Di antara tulisan spanduk tersebut tercantum tagline yang aneh, yaitu kata GRATISS..!!! Pertanyaan saya kemudian adalah: apakah memang pernah ada jamaah yang menghadiri kegiatan suatu Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) selama ini diwajibkan bayar? Apakah pernah kegiatan PHBI dikomersilkan sebagaimana kegiatan-kegiatan seminar dan diklat? Apakah suatu saat IMMAS berniat memberlakukan jamaah PHBI berbayar karena komersial? Lalu apa tujuan tagline tersebut?  Terus terang saya tidak bisa menduga-duga jalan pikiran penggagas spanduk itu. Jalan pikiran saya butek dibuatnya. Sebab ketika saya menduga itu adalah bagian kata yang mempolitisir, pikiran saya tidak terjangkau untuk menelisik makna di baliknya. Dan, ketika saya mengarahkan dugaan kepada masalah pendekatan kepada jamaah, justru yang timbul malah rasa emosi ingin menunjuk hidung pembuatnya sambil berkata “bodoh banget kamu!”
Maksud saya, kalau jamaah memang diharuskan bayar uang pendaftaran, maka mutlak dalam spanduk itu harus tertulis “Bayar uang pendaftaran Rp sekian”. Namun apabila itu gratis, dan memang harus gratis, maka tidak usah ada tulisan GRATIS. Lucu kan? Saya menganggap bunyi spanduk tersebut meremehkan intelektualitas jamaah serta menganggap rendah rasa religitas jamaah. Perlu diingat kembali bahwa arbitrer bahasa bukan terletak pada penggunaannya yang bebas semau udel di mana konteks apa pun. Namun arbitrer artinya siapa pun bebas menyebutkan atau melambangbunyikan sesuatu dengan semaunya. Itu pun masih perlu dipikirkan tentang kelazimannya sebab ada sifat keberterimaan masyarakat pemakai bahasa. Jadi, penggunaan kata GRATIS dalam konteks spanduk yang mengumandangkan syiar Islam tadi adalah salah kaprah dan mencerminkan pembuatnya tak berpikir cerdas. Wajar apabila sebagian warga yang peduli dengan spanduk itu mengkritisi bahkan ada yang berniat menolak untuk diterima di masjid tersebut.
Kedua, dalam konteks curiga adanya afiliasi, berarti saya lebih tidak menganggap sehat terhadap menejemen PKS, dalam hal ini merujuk kepada khususnya unsur calon kontestan yang berperan. Mengapa demikian? Sebab mereka yang ada di kepengurusan DKM dibuat kelimpungan manakala ada warga yang bertanya secara detil tentang kegiatan yang bakal digelar di sini. Pasalnya, karena Panitia dari IMMAS atau pihak PKS tidak pernah kordinasi secara baik dengan DKM. Okelah yang ini jangan dibesar-besarkan, karena IMMAS sudah langsung minta izin tempat kepada Pengurus DKM tanpa penjelasan. Namun apakah IMMAS yakin apabila DKM tidak mengumumkan kepada warga setempat lalu dijamin hadir semua? Menurut saya NO ! Intinya, berkoordinasilah sebaik-baiknya kepada pihak yang akan menjadi tuan rumah. Karena sebagaimana tuan rumah, sebaiknya menyambut dengan segala hormat kepada para tamu dengan segala kesiapan.
Demikian, ulasan ini sekedar melampiaskan rasa ingin menulis ide dari sekian ide-ide yang berkelebatan dalam pikiran. Saya tidak sedang beragitasi dan memprovokasi siapa pun. Ini adalah pendapat pribadi yang dirangkum dari sekian pendapat yang berkembang menjelang perhelatan di atas. Silahkan Anda berkomentar bebas dengan versi Anda, karena tulisan ini sudah milik ruang publik. Saya pribadi terkait kegiatan di atas, termasuk orang yang selalu ikut meyakinkan warga agar bersikap postif, dan sealau menjaga ukuwah Islamiyah.
Petir, 26 Januari 2014
Ditulis 1 jam sebelum acara Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dimulai

1 komentar:

  1. Sebelum pembaca mengingatkan, saya ralat yang ini :
    Salah : IMMAS
    Benar : IMASS

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungan Anda semoga bermanfaat. Silahkan tinggalkan komentar, mohon jangan mencantumkan link live atau spam ! Berkomentarlah dengan bahasa yang santun !