Selasa, 22 Oktober 2013

Harapan Warga Banten


Harapan Warga Banten. Begitu Chaeri Wardana alias Wawan adik Ratu Atut (Gubernur Banten) ditangkap KPK, banyak orang bilang, bahwa rakyat Banten sekarang mulai berani ngomong. Ngomong dalam arti angkat bicara atas ketidakcocokan kepemimpinan Ratu Atut yang korup di berbagai bidang (proyek). Padahal menurut saya itu sama sekali tidak benar. Sampai saat ini masyarakat Banten terutama yang PNS (Pegawai Negeri Sipil) masih tetap tercekam untuk lantang sekedar komentar mendukung KPK, apalagi menghujat atau mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan buat si penerima. Saya punya akun facebook yang 99 % temannya PNS, belum pernah satu pun menemukan status atau komentar yang mendeskriditkan keluarga Atut. Di berbagai sosmed pun tidak ada komentar-komentar yang berasal dari warga Banten. Semuanya komentar datangnya dari luar. Ini menandakan masyarakat Banten benar-benar masih tetap takut akan akibatnya jika hal tersebut sampai ketahuan keluarga Atut dan kroninya dan atau jawara-jawara pendukungnya. Padahal, saya tahu, di belakang, mereka selalu membicarakan negative sepak terjangnya para pengatur Banten. Kecuali bagi yang merasa diuntungkan oleh system, tidak ada satu pun dari rakyat Banten kalangan menengah ke atas yang nyaman dengan kepemimpinan Dinasti Atut.
Ukuran rakyat Banten yang berpendidikan dan peduli, seorang tukang becak sekalipun, semuanya tahu bahwa kepemimpinan Atut penuh dengan korupsi. Hanya mereka tidak berdaya. Sedangkan para pejabat, justru hampir semuanya ikut system yang diterapkan penguasa Banten.
Tentang Wawan yang menjadi Baperjakat swasta menurut berita di berbagai sosmed internet, itu semua sudah menjadi rahasia umum di kalangan rakyat Banten sejak lama sebelum Wawan ditangkap KPK. Jangan dikata yang namanya proyek, itu apalagi.
Mengapa para PNS termasuk guru tidak berani berkomentar terang-terangan? Karena mereka takut menjadi catatan pejabat di atasnya. Seolah di sekeliling mereka selalu ada antek-antek Dinasti. Latar belakang Chasan Sochib menggunakan jawara dalam sepak terjangnya sejak dulu, sudah sangat melekat di hati masyarakat Banten. Dalam jajaran pemerintahan, sering terjadi pembuktian arogansi pejabat. Dari tingkat provinsi sampai tingkat kabupaten/kota, terutama pejabat yang mempunyai kedekatan tertentu dengan penguasa. Si A pejabat Anu, bisa digeser jika tidak menuruti kehendak pimpinan. Contoh nyata : Kepala SMP 25 tiba-tiba dilantik turun menjadi guru SMP 24, gara-gara tidak mau mengikuti kehendak kepala dinas pendidikan kota untuk memberikan sekian persen dari anggaran pembangunan local baru. Sungguh dholim teramat dholim.
Banten, memang secara fisik melesat jauh lebih maju dibandingkan ketika masih menjadi provinsi Jawa Barat. Pembangunan infrastructural dilakukan di mana-mana sehingga Banten nampak berubah di mata rakyat Banten. Tapi apa yang terjadi di balik itu? Semua proyek kecil dan besar dikuasai oleh keluarga penguasa Banten. Dan terindikasi semuanya dikorupsi tak tanggung-tanggung. Namun sayang, tak ada yang berani melawan. Percuma upaya hukum pun dilakukan, percumah ICW gembar-gembor, percuma saja mahasiswa teriak-teriak karena akan selalu mentok dan mandeg di jalan. Sebab semua yang bakal terkait menelisik kebenarannya, dicocok hidung dengan dolar.
Kini, sang jenderal Banten yang ditakuti para pejabat pemprov Banten itu, sudah mendekam di Rutan KPK karena tertangkap tangan KPK terkait sengketa Pilkada Lebak, diduga menyuap Ketua MK Akil Mukhtar sebesar 1 milyar. Dan, berikutnya Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah pun dicekal untuk bepergian ke luar negeri. Lalu apa sebenarnya harapan warga Banten pada umumnya?
Warga Banten pada umumnya mengharapkan Atut pun ditangkap dan diadili. Banten jangan lagi dikuasai oleh satu keluarga yang main jawara-jawaraan. Banten akan jauh lebih maju apabila pemimpinnya tidak korup. Hanya saja, sudah cerdaskah masyarakat Banten? Untuk meruntuhkan kekuasaan-kekuasaan yang melekat dan akan melekat pada keluarga ini ya rakyat Banten itu sendiri. Mereka pada Pemilu 2014 sudah jelas mencalonkan diri sebagai caleg di DPR, DPRD dan DPD. Satu per satu mereka akan jatuh jika rakyat Banten tidak memilih mereka pada Pemilu 2014 nanti. Dan Banten, bisa berbenah lagi dengan menaikan Si Doel sebagai gubernur. Amankah Banten dari KKN? Memang tidak, tapi ini adalah awal dari kebangkitan rakyat Banten ke depan. Yang harus dicermati adalah bahaya laten dinasti Atut. Sebab bagaimana pun keluarga ini yang terkaya di Banten dan tidak segan-segan mengatur segalanya dengan uang. Runtuhnya keluarga Atut dari tampuk kekuasaan, tidak menjamin ke depan tak bercokol lagi. Sangat mungkin proyek tetap akan dikuasai lewat trik-triknya yang baru. Misal, mengganti atau membuat CV baru dengan menggunakan orang di luar keluarganya, dan sebagainya dan sebagainya.
Wallahua’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan Anda semoga bermanfaat. Silahkan tinggalkan komentar, mohon jangan mencantumkan link live atau spam ! Berkomentarlah dengan bahasa yang santun !