Bung Tomo Saja Dipenjara, Mau Kembali ke Orde Baru? Ogah !.Titiek Soeharto ingin membawa kembali bangsa Indonesia ke masa orde baru. Masa di mana Soeharto berkuasa. Alasannya karena pada masa itu Soeharto memberikan kemudahan kepada masyarakat mendapatkan bahan pokok yang murah. BBM yang murah. Serta swasembada pangan. Begitu kata Titiek.
Waktu itu saya masih SD. Iya BBM murah, tapi buat apa? Wong se-Desa Cipete desa tempat tinggalku saja yang punya motor cuma Uwak dan Bapakku saja kok. Apalagi TV, se-Desa Cipete yang punya cuma Kang Sedok saja tukang tempe. Sekarang, siapa yang tidak punya tivi?
Dan Titiek pun membandingkan dengan masa sekarang. Uang lima puluh ribu rupiah dapat apa? Ya, kalau dibandingkan dengan zaman Soeharto, uang lima puluh ribu rupiah itu sudah sangat besar sekali artinya. BBM saat itu saja harganya di bawah seribu rupiah. Tetapi apakah Titiek juga sadar bahwa gaji pegawai saat itu juga murah?
Pertanyaannya sekarang adalah apakah kehidupan di masa orde baru itu seenak apa yang digambarkan oleh Titiek Soeharto? Bagi kroni Soeharto, pada masa itu memang enak. Karena bagi anak-anak Soeharto sangat gampang memperoleh proyek. Semua fasilitas disediakan oleh negara. Dan tak ada yang berani protes. Berani protes atau kritik kebijakan Soeharto, nasibnya bakalan tidak jelas. Entah hilang atau sudah mendekam di penjara.
Tak pandang siapa pun. Apakah itu orang terkenal dan berpengaruh (seperti Gus Dur) atau pun tidak, jika berani mengkritik Soeharto, maka kamu akan dituduh telah melakukan subversi. Tanpa ada pengadilan lagi, kamu akan dimasukkan ke dalam penjara. Tanpa proses hukum. Tanpa ada pembelaan. Itulah yang terjadi pada masa orde baru.
Harga yang murah adalah sebuah kamuflase dari Soeharto. Dengan memberikan harga murah, rakyat diharapkan tidak melakukan protes kepada pemerintah. Unjuk rasa atau demo pada saat itu adalah barang haram. Jangankan demo, baru rencana saja sudah diciduk BIN. Dengan memberikan harga murah, padahal disubsidi dari pinjaman luar negeri. Utang-utang luar negeri ini lebih banyak dikorupsi daripada digunakan untuk kesejahteraan rakyat. Jadi jangan heran kalau Soeharto dinobatkan sebagai Presiden Terkorup.
Jangankan orang awam, seorang pahlawan seperti Bung Tomo saja pernah dipenjara oleh Soeharto. Hanya karena Bung Tomo memprotes pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang diinisiasi oleh Bu Tien. Saat itu untuk membangun TMII Bu Tien menginstruksikan kepada setiap pengusaha untuk menyisihkan keuntungan perusahaannya sebanyak 10 persen diberikan kepada proyek pembangunan TMII ini.
Siapa yang tidak kenal Bung Tomo? Seorang pahlawan yang gagah perkasa mengusir Belanda di Surabaya? Peristiwa tersebut kemudian dikenang sebagai hari Pahlawan, setiap tanggal 10 November. Seorang pahlawan pun tak lepas dari kekuatan tangan Soeharto. Seorang pahlawan yang seharusnya dihormati karena telah memperjuangkan dan mempertahankan kemerderkaan Indonesia, malah dijebloskan ke penjara oleh Soeharto.
Pada 11 April 1978, Bung Tomo pun ditangkap dengan tuduhan melakukan tindakan subversif. Ia dikerangkeng tanpa proses pengadilan di Penjara Nirbaya, Pondok Gede. Turut mendekam dalam jeruji di sana, pakar hukum tata negara Ismail Sunny yang juga dikenal kritis terhadap Orde Baru.
"Bu Tien dan Pak Soeharto sepertinya tersinggung dan menangkap Bung Tomo," kata Sulistina, istri Bung Tomo.
Gara-gara TMII, Bung Tomo harus mendekam di dalam tahanan selama satu tahun, dari 1978-1979. Sulistina tentu saja tidak terima sang suami diperlakukan secara tidak adil oleh rezim Soeharto. Perempuan yang pada saat perang kemerdekaan itu ikut aktif dalam Palang Merah Indonesia (PMI) itu marah dan mengirim surat protes kepada Soeharto. Dalam surat yang ditulis pada 6 Juli 1978 itu Sulistina menulis, orang yang sudah mempertaruhkan jiwa raganya untuk mempertahankan kemerdekaan negaranya tidak mungkin mengkhianati bangsanya sendiri.
Coba bayangkan, seorang pahlawan kemerdekaan saja dengan tidak berperikemanusiaan dipenjarakan oleh Soeharto hanya karena Soeharto tersinggung oleh kritikan Bung Tomo. Apalagi kita sebagai rakyat biasa? Hari ini kritik, mungkin besok sudah hilang dan tak pernah kembali lagi. Kalau sudah begitu apa masih mau kembali ke zaman orde baru? Masih mau kembali ke masa Soeharto memimpin? Kalau saya sih, ogah!!!
Assalamu'alaikum pak saya Riyanto pengabdian di ponpes assa'adah Dahu, mohon maaf mengganggu, saya pernah melihat postingan bapak tentang incamp ponpes assa'adah di Petir, jadi saya ingin memposting kegiatan incamp terbaru tahun ini. Apakah ada no wa yg bisa dihubungi untuk kerjasama?
BalasHapus