Meningkatkan Minat Menulis Karya Sastra Ala Guru SMAN 6 Kota Serang . Terus terang saya salut terhadap Bapak Aosin Suwadi Guru SMA Negeri 6 Kota Serang, Banten. Ketika di tengah-tengah derasnya arus globalisasi dan kerasnya gerusan budaya luar yang mempengaruhi cara pandang remaja kita terutama kalangan pelajar, justru dia punya cara tersendiri untuk melawan kondisi itu.
Seperti yang kita rasakan, bahwa di kalangan para pelajar SMP dan SMA menulis adalah sesuatu yang dianggap sulit dan dipandang kurang ada artinya. Dan menulis memang sesuatu yang sulit dilakukan tanpa latihan dan adanya dorongan untuk menulis. Padahal, dalam pelajaran Bahasa Indonesia di tingkat sekolah apa pun, menulis adalah bagian dari 4 aspek (kompetensi) yang harus dipelajari siswa. Dengan demikian, guru bahasa Indonesia mau tidak mau wajib menyampaikan keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut, yakni membaca, berbicara, menyimak dan menulis. Sebab, bahasa Indonesia erat kaitannya dengan guru bahasa Indonesia. Guru bahasa Indonesia tugasnya setiap hari membina pelajaran bahasa Indonesia. Dia adalah orang yang paling merasa bertanggung jawab akan perkembangan bahasa Indonesia terutama di sekolahnya. Dia juga yang akan selalu dituding oleh masyarakat bila hasil pengajaran bahasa Indonesia di sekolah tidak memuaskan. Berhasil atau tidaknya pengajaran bahasa Indonesia memang di antaranya ditentukan oleh faktor guru, di samping faktor-faktor lainnya, seperti faktor murid, metode pembelajaran, kurikulum (silabus), bahan pengajaran dan buku, serta yang tidak kalah pentingnya ialah perpustakaan sekolah dengan pengelolaan yang memadai.
Kita tahu, internet merupakan salah satu hasil kecanggihan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi buatan manusia. Internet adalah singkatan dari Interconnected Networking yang apabila diartikan dalam bahasa Indonesianya adalah rangkaian komputer yang terhubung satu sama lain di dalam beberapa rangkaian jaringan. Fungsi internet bermacam-macam, salah satunya adalah sebagai tempat komunitas jejaring sosdumay (sosial dunia maya). Jejaring sosial merupakan suatu layanan dari sebuah sistem software internet yang memungkinkan penggunanya dapat berinteraksi dan berbagi data dengan pengguna yang lain dalam skala yang luas dan besar. Situs jejaring sosial di internet bermacam-macam jenis dan bentuknya, namun yang paling dikenal dan banyak digandrungi remaja zaman sekarang adalah facebook, friendster, My Space dan twitter. Lalu, apakah situs jejaring sosial ini mendatangkan manfaat atau mendatangkan masalah baru dalam kehidupan? Tentu saja tidak selamanya berdampak negatif.
Aosin Suwadi guru bahasa Indonesia di SMN 6 Kota Serang yang sadar betul bahwa di kalangan generasi muda kini telah terjadi penurunan minat dalam apresiasi sastra, terutama menulis karya sastra, semisal puisi dan cerpen, lantas tergugah dan menjadikannya lebih bijaksana dan kreatif dalam menerima kehadiran internet. Kecanggihan teknologi yang seringkali menjadi bagian dari timbulnya kemalasan, penghamburan waktu sia-sia dan dekadensi moral itu, ia jadikan sebagai sarana yang lebih positif untuk pembelajaran. Ia belum merasa cukup memberikan tindak reinforcement kepada siswanya dalam bentuk pujian, sentuhan, dan nilai. Ia lalu memanfaatkan jejaring sosial facebook dan blog sebagai media yang efektif untuk menyentuh jiwa anak didiknya yang hampir mati rasa di bidang sastra tersebut.
Sudah agak lama saya mengenal blog yang dikelola Bapak Aosin Suwadi ini. Bahkan di awal perkenalannya, saya sempat mencopas salah satu karyanya berupa cerpen untuk kemudian saya poskan di blog keroyokan yakni kompasiana. Sejak itu saya sering mengunjunginya, namun rupanya ia sempat stagnan dari pengelolaan blognya. Hal itu terlihat dari kontennya yang masih itu-itu juga tak bertambah banyak. Namun setelah lama saya meninggalkannya, ternyata kini sudah begitu sarat dengan postingan hasil karya anak didiknya.
Blog Aosin Suwadi dengan tema Bahasa dan Sastra Indonesia dan Dunia itu terlihat sangat sederhana. Bukan bermaksud merendahkan kemampuan pemilik blog ini, saya menganggap bahwa Bapak Aosin Suwadi ini sebenarnya masih jauh dari professional dalam hal memoles blog. Tidak banyak terdapat widget yang perlu dan tidak perlu di sana. Singkatnya, blog terlihat apa adanya dan tidak mencerminkan pemiliknya seorang netter yang benar-benar blogger mahir. Blognya juga masih gretongan sama dengan blog ini (masih blogspot).
Namun di balik kesederhanaan dari blog tersebut, justru tersimpan hasil olah retensi dari puluhan bahkan ratusan siswa yang ia gurui. Motivasi yang terbangun dari caranya memposting hasil-hasil karya siswa itu, saya yakin akan membuat semangat siswa membahana tanpa kedap. Jika saja ia kerap kali menyentuh mereka dengan sanjungan kala berada di dalam kelas, maka blog ini malah dampaknya akan melebihi segala bentuk reinforcement yang pernah ia lakukan. Dengan terpublikasikannya karya mereka, maka mereka akan merasa bangga pada diri sendiri, yang pada akhirnya akan menimbulkan minat untuk terus belajar dan berkarya. Dari sinilah diharapkan munculnya bibit-bibit unggul sastrawan/sastrawati yang kelak akan menambah kayanya khazanah kesastraan Indonesia, sebagaimana Rumah Dunia asuhan Gol A. Gong pun telah membuahkan penulis-penulis cukup handal di ranah sastra.
Bukan tidak ada pengorbanan tentunya untuk melakukan cara seperti Bapak Aosin ini. Melalui akun facebooknya, saya pernah berkomunikasi tentang karya siswa yang diposting. Ia menuturkan, bahwa semua karya siswa terus mengalir dikirim melalui email dan inbox di facebook. Untuk kemudian dicopy paste dan selanjutnya diedit seperlunya. Semua karya siswa terdiri dari puisi dan cerpen ini dieditnya hingga larut malam demi mempercepat proses tayang di blog. Karena siswa yang nun jauh di sana sudah menanti karyanya dimuat di internet dengan mencantumkan nama pengarangnya masing-masing. Sebelumnya, saya mengira bahwa karya siswa tersebut bebas dari pengeditan. Ternyata tidak. Jadi, siswa tetap dalam jangakauan bimbingannya. Mengeditnya berarti sama dengan mengoreksi hasil karya siswa sehingga menjadi lebih baik, dan siswa tetap masih bisa belajar dari kekurangannya itu.
Benar saja apa yang sempat saya pikirkan, bahwa teknik guru seperti ini akan menimbulkan ledakan semangat laksana bom Hiroshima dan Nagasaki dengan reduksi yang konstruktif. Suara yang tanpa kedap akan membahana ke mana-mana yang menular bagaikan virus. Terbukti, menurut penuturan Bapak Aosin Suwadi, banyak para siswa di luar siswa yang diajarnya minta agar karyanya ikut diunggah ke blognya. Ini benar-benar nurturant effect yang luar biasa yang mestinya tak boleh tak diakomodir. Sebab jika tak diakomodir, berarti sama dengan membunuh kreativitas mereka.
Akhirnya, saya ingin sumbangsaran kepada Bapak Aosin Suwadi, berilah motivasi tambahan kepada mereka dengan memposting catatan-catatan tentang perjalanan sukses para penulis beken yang menginspirasi. Misalnya, tentang penulis terkaya di Indonesia, dan lain sebagainya. Tentu saja kita yakin, mereka sedang menjadi pembelajar yang terus memacu diri banyak membaca referensi demi karyanya yang akan datang. Oleh karena itu sungguh banyak keuntungan terintegrasi yang didapat dari cara yang dilakukan Anda, selain membangun motivasi antara lain sebagai berikut:
- Meningkatnya motivasi menulis sastra akan diiringi juga dengan kebiasaan membaca,
- Berlatih menulis berarti juga meningkatkan keterampilan menggunakan tata bahasa dan tata tulis, karena tidak mungkin guru membiarkan kesalahan itu terus berlanjut,
- Menulis berarti mengasah kepekaan sosial, kecerdasan berpikir dan penghalusan jiwa, dll.
Demikian sekilas catatan saya atas rasa salut terhadap seorang Aosin Suwadi yang begitu konsisten menjaga kondisi yang semakin tergeser dan tergusur oleh budaya absurd di ranah sastra. Semoga cara ini dapat diikuti oleh guru-guru bahasa Indonesia yang lainnya.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan Anda semoga bermanfaat. Silahkan tinggalkan komentar, mohon jangan mencantumkan link live atau spam ! Berkomentarlah dengan bahasa yang santun !