Sabtu, 08 Februari 2014

Gaji Dibayar Melalui Rekening Bank Guru Malah Sedih

Gaji Dibayar Melalui Rekening Bank Guru Malah Sedih . Mulai per 1 Pebruari 2014 gaji guru dari TK sampai SLTA di Banten, dibayarkan melalui rekening bank bjb (Bank Jabar dan Banten). Sebelumnya, sejak zaman Kibenén gaji PNS atau guru dibayar langsung melalui pembantu bendahara/jubar di UPT Dinas masing-masing. Sejatinya guru mestinya senang karena dengan cara begitu gaji mereka akan aman dari pungutan liar. Guru juga seharusnya senang karena dipermudah, mengambil gaji tidak dibatasi ruang dan waktu. Bisa kapan saja dan di mana saja yang penting satu nama bank, apalagi kalau menggunakan ATM 24 jam online. 

Contoh Buku Rekening bjb
Ketika gaji guru dibayarkan melalui seorang jubar, tidak aneh kalau jumlah gaji masing-masing guru saling diketahui oleh sesama teman di sekolahnya masing-masing. Satu sama lain mengetahui sisa gaji yang diterima, karena gaji dibayarkan secara kolektif melalui Kepala Sekolah atau guru yang mewakilinya. Malu tinggal malu, guru pasrah pada konvensi yang ada. Di beberapa kecamatan di Banten memang ada jubar yang menggunakan etika melindungi privasi guru. Gaji diambil langsung oleh masing-masing guru dengan uang gaji tertutup rapi menggunakan amplop. Sehingga satu sama lain tidak saling mengetahuinya.
Kini, secara serentak guru di Banten gajinya dibayarkan melalui rekening masing-masing, sejatinya kerahasiaan lebih terjamin. Namun apa yang dirasakan oleh sebagian dari mereka? Berikut ini ada beberapa celetak-celetuk guru yang menggelikan yang jika dimasukkan ke relung hati yang dalam sebenarnya memprihatinkan dan bikin kita semua sedih.
Guru A berkelakar pada saya :
“Pak, sudah diambil gajinya?” Sudah, jawabku. “Berapa sisa gaji Bapak?” Akh, rahasia dong, kataku lagi. “Harus dicek dulu gak Pak?” Gak juga gak papa, kan kita udah apal gaji kita sisanya berapa, kataku. “Saya bingung Pak, mau ngambilnya malu ! Diambil, malu, gak diambil butuh”. Emang kenapa Bu? Tanya saya pura-pura gak ngerti padahal dari awal sudah paham arahnya ke mana. “Gaji saya tinggal 50 ribu Pak, sedangkan di bank gak kosong-kosong orang banyak terus, saya malu !” Dengan polos dan ringannya ia mengungkapkan hal itu kepada saya, namun bagi saya malah membuat kepala ini berat mendengarnya. Saya yang sisanya pas-pasan juga ada rasa malu, apalagi dia. Tapi masih mendingan, karena dia seorang perempuan…masih ada suaminya yang menanggung kebutuhan keluarga, walaupun gaji diabaikan saja.
Guru B ketemu di jalan :
Saya di atas motor menuju bjb terdekat bertujuan sama mau mengambil gaji. Di perjalanan berpapasan dengan guru B dari arah yang berlawanan rupanya dari bank. Karena dia nglakson sambil meminggirkan motornya, saya pun ikut minggir dan mendekatinya langsung menyalaminya. “Pak Joy mau ke mana nih?” Saya pulang sekolah langsung mau ke bjb Pak, biasa ngambil sesa. “Pak Joy, di bjb rame amat ya masyarakat, ada uang apa sih?” Oh, itu warga yang mau ngambil dana BSM kali. Bapak udah ngambil? “Belum Pak Joy, saya malu kalau banyak orang. Gaji saya cuma 300 rebu lagi” Masya Allah…malu-malu amat sih, Pak, ayo bareng saya. Sama saya juga kecil Pak, kataku membesarkan hatinya, yang sebenarnya hati saya sendiri kecil. Dia akhirnya mau, selepasnya terlihat di wajahnya rasa plong walaupun tadi nampak malu yang disembunyikan. Kesedihan pribadi saya ditambah dengan ikut larut sedih membayangkan sulitnya ekonomi teman tersebut.
Guru C memilih bank yang jauh dari rumah :
Ketika saya saba kota, ketemu dengan guru C yang bisa disebut guru spesialis diklat. Maklum setiap diklat di mana saja, dia selalu ada. Dengan bekal pengalaman-pengalaman psikologis di atas, saya tiba-tiba komentar kepadanya. Pak C, sekarang kita gak usah watir kehabisan uang kalau kita diklat, kita bikin aja ATM buat gaji kita. Biar di mana aja kita tinggal gesek. “Hahahah…..bisa aja Pak Joy nih. Pak, rumah saya dekat dengan bjb pusat, tapi kalau mau ngambil nyari bank pembantu yang jauh, habis malu rame terus. Gaji saya cuma tinggal sejuta.”  Satu juta aja malu, apalagi yang 50 ribu.
Mungkin kasus-kasus di atas membuat bingung orang yang tidak tahu persis kondisi sebenarnya dari para guru di Indonesia. Masyarakat tahu bahwa sekarang gaji guru jauh lebih besar dari PNS structural. Gaji guru semakin layak dengan adanya TPP (Tunjangan Profesi Pendidik) bagi yang sudah sertifikasi. Namun, tahukah orang kebanyakan, bahwa sebelum adanya sertifikasi, gaji guru sudah kurus bahkan tak sedikit yang minus. Sehingga ketika ada tunjangan sertifikasi, tidak serta merta menaikkan tingkat ekonomi guru. TPP selalu habis setiap kali cair, karena kebutuhan di zaman yang semakin materialistis ini selalu menganga. Tapi jangan khawatir, ini Indonesia, bukan Amerika. Matematika yang dipakai untuk perhitungan juga bukan matematika Amerika, tapi Indonesia. Seandainya matematika dipakai untuk mengitung bagaimana ekonomi guru yang gajinya kaya di atas, kiranya sudah mati semua tuh, anak istri guru karena tidak makan. Tuhan punya cara lain untuk guru. Hehe…
Intermezo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan Anda semoga bermanfaat. Silahkan tinggalkan komentar, mohon jangan mencantumkan link live atau spam ! Berkomentarlah dengan bahasa yang santun !