Selasa, 21 Januari 2014

Membangun Perpustakaan Ideal Berorientasi Kepuasan Pengguna Berbasis Teknologi

Perpustakaan mempunyai peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan Bangsa dan Negara, karena perpustakaan adalah gudang ilmu dan merupakan salah satu sarana penting dalam mewujudkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang unggul. Seiring perkembangan jaman, perpustakaan saat ini dipergunakan tidak hanya sebagai salah satu pusat informasi atau sumber ilmu pengetahuan melainkan juga untuk penelitian, rekreasi, pelestarian khasanah budaya bangsa serta berbagai jasa lainnya. Untuk mengoptimalkan peran tersebut, pengorganisasian informasi perlu dilakukan untuk memudahkan pengguna perpustakaan dalam menemukan informasi yang dibutuhkan secara cepat dan tepat. Oleh karena itu, layanan yang dilakukan selalu berorientasi pada masyarakat, sebagai pengguna informasi dengan basis teknologi yang tepat guna. Kepuasan pengguna merupakan petunjuk utama bagi pelaksana pengorganisasian informasi. Selain untuk mempermudah dan memperluas akses, perpustakaan hendaknya mampu melakukan manajemen pengetahuan secara maksimal dan diharapkan lebih memfokuskan diri sebagai community information intermediary, yaitu institusi yang dapat memahami dan ber-empati terhadap komunitas pengguna, memiliki pemahaman yang mendalam terhadap dunia informasi dan organisasinya serta dengan aktif selalu mengembangkan dan meningkatkan mekanisme yang menghubungkan keduanya.


Pemberdayaan perpustakaan dan pustakawan dalam paradigma baru harus disesuaikan dan ditingkatkan seiring dengan perubahan tuntutan pengguna, yaitu akses informasi secara lebih luas, cepat dan tepat. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan semakin beragamnya teknologi canggih membawa perubahan pula pada masyarakat dan individu. Perubahan tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi pula pada tuntunan terhadap kondisi keberadaan perpustakaan. Indikator perpustakaan ideal yang dulu diukur dari jumlah koleksi yang banyak dan gedung yang besar, sekarang sudah berubah menjadi sejauh apa perpustakaan mampu memenuhi kebutuhan komunitas pemakainya.
Perpustakaan saat ini dituntut mampu berubah mengikuti perubahan sosial pemakainya. Perkembangan Teknologi Informasi (TI) telah banyak mengubah karakter sosial pemakainya. Perubahan dalam kebutuhan informasi, berinteraksi dengan orang lain, berkompetisi, dan lain-lain. Pada akhirnya semua itu berujung pada tuntutan pemakai agar perpustakaan tidak hanya sekedar tempat mencari buku atau membaca majalah, tetapi menjadi semacam one-stop station bagi mereka. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi atau Information and Comunication Technology (ICT) telah membawa perubahan dalam berbagai sektor, termasuk dunia perpustakaan. Jika dulu pemakai perpustakaan sudah puas dengan layanan baca di tempat dan peminjaman buku perpustakaan saja, saat ini layanan perpustakaan tidak cukup lagi hanya dua macam layanan tersebut. Pemakai perpustakaan sekarang sudah menuntut jenis-jenis layanan lain, seperti layanan informasi terbaru (current awareness services), layanan informasi terseleksi (selective dissemination of information), layanan penelusuran secara online, layanan penelusuran dengan CD-ROM, dan lain-lain. Selain tuntutan terhadap jumlah layanan yang makin banyak, mutu layanan pun dituntut lebih baik. Dalam rangka peningkatan mutu dan jumlah layanan inilah, peran teknologi informasi dan komunikasi sangat dibutuhkan. Dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, kita dapat melakukan layanan yang cepat dengan jangkauan layanan yang lebih luas serta mutu yang lebih baik.
Perkembangan dari penerapan teknologi informasi dan komunikasi dapat diukur dengan telah diterapkannya/digunakannya sebagai Sistem Informasi Manajemen (SIM) perpustakaan dan perpustakaan digital. Sistem Informasi Manajemen (SIM) perpustakaan merupakan pengintegrasian antara bidang pekerjaan administrasi, pengadaan, inventarisasi, katalogisasi, pengolahan, sirkulasi, statistik, pengelolaan anggota perpustakaan, dan lain-lain. Sistem ini sering dikenal juga dengan sebutan sistem otomasi perpustakaan. Dengan penerapan SIM ini secara langsung merubah paradigma layanan perpustakaan. Layanan perpustakaan yang dulunya off-line berubah menjadi on-line. Di sini Perpustakaan harus mampu merancang layanan perpustakan yang memungkinkan akses terhadap sumber-sumber informasi (information resources). Hal ini mengisyaratkan bahwa pemanfaatan perpustakaan tidak lagi bergantung pada visitasi pemakai perpustakaan atau bertumpu pada kunjungan secara fisik semata, tetapi pemanfaatannya dapat dilakukan setiap saat dan dari berbagai tempat di manapun pengguna berada.
Ada dua hal utama yang perlu diperhatikan dalam memberdayakan perpustakaan sebagai upaya meningkatkan layanan perpustakaan berorientasi pengguna berbasis teknologi yaitu:
1. Ditinjau dari segi sarana dan prasarananya termasuk gedung dan lokasi.
2. Ditinjau dari segi SDM yang mengelola perpustakaan tersebut.
Secara garis besar, dua hal di atas bisa dijelaskan sebagai berikut. 1. Ditinjau dari segi sarana dan prasarananya termasuk gedung dan lokasi Gedung perpustakaan hendaklah menarik dari segi arsitektur dan mudah dijangkau. Penggunaan warna juga bisa merupakan daya tarik yang akan membangkitkan minat baca pengguna. Selain itu sarana dan prasarana pendukung layanan perpustakaan hendaklah didukung oleh Teknologi Informasi (TI) yang akan sangat membantu perpustakaan memperbaiki kualitas dan jenis layanan. Minimal sebuah perpustakaan harus memiliki : Jaringan Lokal (LAN , Local Area Network) berbasis TCP/IP Akses ke internet yang cepat bagi pustakawan untuk mengakses informasi eksternal perpustakaan beserta perangkatnya. Komputer untuk pengguna untuk mengakses informasi layanan perpustakaan berikut database persediaan koleksi yang dimiliki perpustakaan tersebut. Ditambah lagi Pustakawan menyediakan akses hanya ke sumber-sumber yang dapat dipercaya kualitasnya. Caranya dengan membuat portal atau pintu masuk ke sumber-sumber yang telah terseleksi misalnya Virtual Libraries Subject-Based Gateways. Koleksi dalam multi format baik dalam bentuk tercetak, multimedia, digital, hypertext berikut sarana untuk mengakses koleksi tersebut.
Adanya fasilitas digital dan internet, Fasilitas digital dan internet memungkinkan pengguna perpustakaan dapat memanfaatkan informasi yang dimiliki perpustakaan tanpa mengenal waktu dan jarak. Homepage perpustakaan dapat menyajikan data bibliografis dan abstrak dari jurnal-jurnal penelitian (kalau memungkinkan dalam bentuk full text), pendidikan pemakai, berita-berita perpustakaan, informasi lokal (universitas, kota), pameran online, media komunikasi dengan pengguna (saran dan kritik), hubungan dengan situs lain, dan sebagainya. Hot Spot Hot Spot berarti menyediakan layanan internet bebas untuk suatu lingkungan yang terbatas, sebagai contoh di sekitar gedung perpustakaan. Dengan memiliki hot spot perpustakaan menyediakan jasa penelusuran internet yang dapat diakses oleh pengguna dari Laptop/Note Book yang biasa dibawa oleh pengguna, dengan syarat memiliki LAN Card Wireless.
2. Ditinjau dari segi SDM yang mengelola perpustakaan tersebut. Dalam menghadapi tuntutan kebutuhan pengguna perpustakaan yang semakin tinggi dan beraneka ragam, maka perpustakaan perlu mempersiapkan pustakawan yang profesional. Jika pustakawan ingin disebut profesional, maka pustakawan perlu memiliki "skill", "knowledge", kemampuan (ability), serta kedewasaan psikologis (Ratnaningsih, 1998). Namun dalam prakteknya sampai sejauh ini pustakawan Indonesia belum bisa dikatakan mampu untuk menjadi profesional (ideal pun belum) bahkan masih sangat jauh dari konsep ideal. Sebagai pustakawan profesional, kita perlu mengikuti perkembangan dan informasi mutakhir dalam bidang Pusdokinfo. Perkembangan TI mengakibatkan semua bidang pekerjaan perpustakaan tidak ada lagi yang tidak mendapat sentuhan "keajaiban" TI. Keilmuan perpustakaan pun saat ini dituntut mampu mengikuti perubahan sosial pemakainya. Perubahan dalam kebutuhan informasi, perubahan dalam berinteraksi dengan orang lain, dan dalam berkompetisi. Pustakawan perlu menyadari bahwa perlu ditumbuhkan suatu jenis kepustakawanan dengan paradigma-paradigma baru yang mampu menjawab tantangan media elektronik tanpa meninggalkan kepustakawanan konvensional yang memang masih dibutuhkan (hybrid library).
Hanya dengan sumber daya manusia (SDM) dalam hal ini tenaga pengelola perpustakaan dan tenaga fungsional pustakawan yang berkualitaslah (melalui keilmuannya) kita bisa membangun paradigma kepustakawanan Indonesia. Oleh karena itu profil pustakawan diharapkan : 1.Berorientasi kepada kebutuhan pengguna 2.Mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik 3.Mempunyai kemampuan teknis perpustakaan yang tinggi 4.Mempunyai kemampuan pengembangan secara teknis dan prosedur kerja 5.Kemampuan berbahasa asing yang memadai terutama bahasa Inggris 6.Mempunyai kemampuan melaksanakan penelitian di bidang perpustakaan. 7.Mempunyai kemampuan dalam memanfaatkan kemajuan teknologi informasi, antara lain: - Kemampuan dalam penggunaan komputer (computer literacy) - Kemampuan dalam menguasai basis data (database) - Kemampuan dalam penguasaan peralatan TI (tools and technological skill) - Kemampuan dalam penguasaan teknologi jaringan ( computer networks) - Kemampuan dalam penguasaan internet.
Selain memiliki kemampuan seperti yang disebutkan di atas, pustakawan juga dituntut untuk dapat memberikan pelayanan prima kepada penggunanya. Pelayanan prima yaitu suatu sikap atau cara pustakawan dalam melayani penggunanya dengan prinsip layanan berbasis pengguna (people based service) dan layanan unggul (service excellence). Tujuan dari service excellence adalah : 1. Memuaskan pengguna; 2. Meningkatkan loyalitas pengguna; 3. Meningkatkan penjualan produk dan jasa; 4. Meningkatkan jumlah pengguna.
Profesi pustakawan dituntut untuk mampu bersikap lebih terbuka, suka kerja keras, suka melayani, mengutamakan pengabdian serta aspek-aspek kepribadian dan perilaku. Dalam mengantisipasi masa mendatang, pustakawan hendaknya selalu tanggap terhadap perkembangan teknologi informasi, mengenal seluk beluk manajemen, menguasai cara-cara penyediaan informasi, dan memahami sumber-sumber informasi, serta mengetahui sistem jaringan informasi.
Hal lain yang perlu dilakukan oleh perpustakaan adalah menjalin kerja sama dengan perpustakaan lain. Kerja sama antarperpustakaan perlu dilakukan karena tidak satu pun perpustakaan yang dapat berdiri sendiri dalam arti informasi/koleksinya mampu memenuhi kebutuhan informasi penggunanya, sehingga jawaban informasi yang Anda cari tidak ada di perpustakaan kami tidak akan berlaku lagi. Setidaknya pustakawan dapat memberi alternatif artikel atau menunjukkan di mana artikel tersebut dapat diperoleh. Selain itu, waktu layanan perpustakaan hendaklah berorientasi terhadap kesibukan masyarakat. Layanan di perpustakaan idealnya dapat lebih memikat, bersahabat, cepat, dan akurat, ini berarti orientasi pelayanan perpustakaan harus didasarkan pada kebutuhan pengguna, antisipasi perkembangan teknologi informasi dan pelayanan yang ramah, dengan kata lain menempatkan pengguna sebagai salah satu faktor penting yang mempengaruhi kebijakan pada suatu perpustakaan. Kesan kaku pelayanan di perpustakaan harus dieliminir sehingga perpustakaan berkesan lebih manusiawi. Pemberdayaan perpustakaan dengan sarana dan prasarana yang mengikuti tuntunan zaman memang harus dipersiapkan agar tidak ditinggal penggunanya. Selain itu keberadaan pustakawan yang berkualitas dan profesional sangat diperlukan dalam menghadapi tatanan era informasi global. Pembangunan perpustakaan ideal yang berorientasi pengguna berbasis teknologi harus segera diimplementasikan di perpustakaan untuk menunjang proses akselerasi transfer ilmu pengetahuan, yang secara global dapat mempengaruhi tingkat kecerdasan dan berimbas pada kemajuan bangsa dalam segala bidang.
Berorientasi pada pengguna, berarti perpustakaan telah menempatkan pengguna sebagai subjek dari layanan perpustakaan, berbasis teknologi berarti perpustakaan mampu menjawab tantangan jaman yang dinamis ini. Semoga perpustakaan - perpustakaan di tanah air mampu mengikuti tuntunan jaman yang ada agar Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas mampu terwujud dan kemajuan Negara lebih cepat tercapai.
Penulis: Risa Mutia H.
Referensi :
Rahayuningsih, F. Profesionalisme Pustakawan dalam Menghadapi Tuntutan Kemajuan Teknologi. Jurnal Info Persadha. Vol. 4, Nomor 1, Februari 2006.
Fahmi, Ismail The Indonesian Digital Library Network. Makalah Seminar International Digital Library Network, tanggal 2 Oktober 2003 di ITB.
Sudarsono, B. Peran Pustakawan di Abad Elektronik: Impian dan Kenyataan. Makalah Seminar Sehari Peran Pustakawan di Abad Elektronik: Impian dan Kenyataan. Tanggal 2 Juni 2000 di PDII-LIPI, Jakarta.
Perpustakaan Digital, Wikipedia Indonesia.
Sumber : http://perpustakaan.mahkamahagung.go.id/

1 komentar:

Terima kasih atas kunjungan Anda semoga bermanfaat. Silahkan tinggalkan komentar, mohon jangan mencantumkan link live atau spam ! Berkomentarlah dengan bahasa yang santun !