Ini Pengalaman Saya, Mengapa Komentar Iklan Dihapus Admin . Dua bulan jalan sudah iklan kalakat dimsum Serang tayang di blog ini. Tayangnya iklan tersebut berawal dari sekedar coba-coba alias sekedar uji coba bin eksperimen. Untuk itu, mulailah saya memanfaatkan kemampuan saya di bidang photoshop yang masih kocar-kacir ini untuk membuat gambar iklan. Dari keperluan ini juga saya tertarik mempelajari photoshop tersebut.
Sebelumnya, tetangga saya yang masih ada kaitan keluarga bertanya kepada saya, “Bagaima sih, ngiklan dagangan di internet itu Om?”
Peristiwa itu terjadi sehabis shalat maghrib di depan masjid tempat menunggu saat waktu shalat Isya tiba. Saya langsung merespon pertanyaannya dengan serius. Entah mengerti atau tidak, terus saja saya ceramahi dia tentang cara ngiklan di internet secara detil sebatas yang saya paham. Dia memang lulusan SMA yang bergerak dalam bisnis kalakat. Jadi, tidak begitu sulitlah sebenarnya untuk menangkap apa yang saya jelaskan. Dia nampak tidak begitu antusias ketika saya mencandainya. “Saya kebetulan punya blog, bagaimana kalau iklan dipasang saja di blog saya dan ente bayar Rp50.000 per bulan?” “Waduh, bagaimana kalau klakatnya gak laku Om?”, begitu jawabnya. Saya jawab, mau laku mau tidak, ya, tetap harus bayar sesuai kontraknya berapa bulan tayang. “Begini aja Om, pasang aja tuh iklan, kalau ada order insya Allah buat rokok-rokok mah ada!” jawabnya.
Saya cukup memahami mengapa dia menanggapi seperti itu terhadap tawaran saya tadi. Sebab di samping belum pernah, ia juga ragu apakah ada orang membeli barangnya lewat internet. Namun ketika saya tanyakan sejauh mana pengetahuan tentang wilayah Jakarta, dia jawab: wilayah mana dari Jakarta yang tidak saya kenal, semua apal, katanya. Dia juga sudah pernah menggunakan jasa pengiriman lewat TiKi dan ekspedisi. Maklum, sejak bujangan dia puluhan tahun pernah bekerja di toko milik Cina di Jakarta. Singkat cerita, saya siap mengiklankan produknya secara gratis tanpa pemberitahuan kapan akan dipasang. Dan lama juga tidak segera saya sematkan tuh iklan walaupun sudah dibuat URL-nya.
Sebulan berjalan secara diam-diam iklan yang saya maksud dipasang di blog ini. Karena ada janji akan memberi alakadarnya untuk beli rokok, maka teknik pemesanan semuanya menggunakan referensi saya, kecuali nomor rekening. Pembeli diberi nomor HP dan PIN milik saya, dengan maksud agar saya mengetahui bahwa pembeli yang memesan berasal dari info iklan di blog ini. Pikirku, kalau ada yang mesen tinggal disampaikan saja ke dia, sehingga dia mengerti bahwa order itu atas jasa saya. Maka, datanglah uang rokok buat saya.
Tidak munafik, kalau dia ngasih uang rokok, memang akan saya terima sebagai rasa menghargai sukma jasad saya yang telah ikut disibukkan mikir, heheh. Tapi saya berani disumpahin kaya raya deh, sebenarnya tujuan utama mengapa referensi semuanya menggunakan milik saya, karena saya ingin membuktikan betulkah ada orang yang membeli lewat iklan ini. Jikalau ternyata hasilnya betul, wajar rasanya kalau saya suatu saat menawarkan jasa pemasangan space iklan.
Di luar dugaan, bulan pertama ada beberapa pemesan yang langsung call ke nomor saya. Mereka aneh juga, dalam list harga sudah tercantum berikut size-nya, masih tetap menanyakan tentang harganya. Dari beberapa pembeli tidak ada yang memesan menggunakan format SMS yang saya sediakan. Semuanya dengan cara call, BBM, dan SMS yang isinya pertanyaan. Antara lain SMS yang pernah saya terima adalah : ‘betulkah bapak jual klakat dimsum?’ Setelah saya jawab, semuanya berlanjut pada ngebel/call langsung ke saya. Apa yang terjadi? Saya jadi repot tapi campur bangga. Repotnya, karena saya tidak bisa menjawab apabila ada pertanyaan tentang harga yang di luar PRIZE LIST. Terus terang saya tidak hafal harga-harga semua itu. Repot juga bagi pemesan, karena akhirnya terpaksa saya harus mengalihkan pembicaraan atau transaksi langsung dengan Si Bos Kalakat. Tentu saja saya harus mengirimkan nomor HP Bos Klakat tersebut kepada pelanggan. Nah, di situlah antara pelanggan dan penjual bertransaksi, setelah itu biasanya saya ngecek ke si Bos Kalakat tentang atas nama Bapak Anu positif beli atau tidak. Kalau jawabnya positif, ahhay….bakal ada jatah uang rokok nih. Alhamdulillah, walaupun tidak semua jadi memesan, tapi banyak juga yang sampai menjadi langganan. Yang lebih Alhamdulillah lagi, Bos belum pernah ngasih duit untuk jasa iklan ini kepada saya. Tapi sesuai waktu canda, ia betul-betul ngasihnya dalam bentuk 2 bungkus sampai 3 bungkus rokok dalam satu kirim. Lumayaaan….kebanjiran rokok !
Kalau dihitung-hitung, 3 bungkus rokok X Rp13.000 = Rp39.000. Sebulan pertama saja saya sudah menerima 8x fee. Jika dikalikan 8 x 3 x Rp13.000 akan menjadi uang Rp312.000. Rata-rata mereka akhirnya menjadi langganan, dan Bos ngasih saya fee setiap kali ngirim. Ini berarti jauh lebih mahal ia harus mengeluarkan cost dibandingkan dengan bayar iklan secara flat per bulan Rp30.000 sampai Rp50.000, karena dalam satu bulan berapa pun banyaknya pembeli, ia tetap hanya membayar saya 30 atau 50.000 rupiah.
Walaupun memang sedikit repot, dan banyak juga yang rupanya kabur tak jadi beli, lantaran ada kecurigaan, tetap saja referensi tidak saya ganti dengan milik Bos. Yang membuat mereka curiga mungkin karena caranya tidak praktis, gonta-ganti nomor - dari saya pindah ke Bos, nomor rekening bukan atas nama Bos, dan harus mengirim DP ½ atau 1/3 dari harga pembayaran total. Bisa saja curiga modus penipuan. Padahal, kalau langsung transaksi dengan Bos, DP tidak masalah. Bos siap mengirim tanpa ada DP asalkan alamat jelas, terutama wilayah Jakarta dan Surabaya (Wilayah Surabaya sudah ada 3 pelanggan tetap). Yang menggagalkan transaksi biasanya begitu saya kasih nomor Bos, ia tidak melanjutkan transaksi. Ini saya ketahui dari hasil cek and ricek lewat Bos.
Bulan kedua, entah karena ada persiapan imlek atau apa, pemesan hampir tiap minggu ada. Otomatis si Bos klabakan karena ketétér ngejar order sementara karyawan jumlahnya tetap. Ternyata ada kebanggaan tertentu bagi saya dengan bermanfaatnya blog ini dari sisi bisnis. Karena telah mengantarkan bisnis seseorang menjadi lebih banyak pelanggan. Dan berbeda dengan produk lainnya, kalakat penggunanya tetap yaitu pengusaha dimsum yang meggunakan produk ini sekali pakai. Sehingga akhirnya berlangganan tetap.
Apa Hubungannya dengan Komentar yang Saya Hapus?
Awal-awal ngeblog saya belum mengerti, mengapa setiap pesan di blog teman-teman antara lain pesannya jangan meninggalkan komentar berupa titip iklan/promosi produk. Tadinya saya berpikir betapa pelitnya ini orang, blognya bermanfaat bagi orang lain kok tidak boleh. Oleh karena itu, pesan di kotak komentar blog ini tidak ada pesan seperti itu. Yang dilarang oleh blog ini dan terpaksa akan dihapus adalah komentar yang mencantumkan link live. Akhirnya memang banyak juga yang nulis komentar dengan isi promosi. Tak tanggung-tanggung, kadang promosi produk dengan rincian nama barang lengkap berikut harganya sampai menghabiskan halaman komentar hingga ke bawaaaaah….!
Nah, dalam perkembangannya, seiring dengan berubahnya cara pandang saya, satu persatu komentar tersebut saya hapus. Saya mulai berpikir materialistis terkait bisnis. Saya mulai berpikir bahwa tidak ada salahnya apabila saya menerima jasa pemasangan space iklan di blog ini. Dan siapa tahu, mereka yang pernah menulis komentar yang saya hapus tadi pada akhirnya percaya untuk menggunakan blog ini sebagai bagian dari media promosi produknya. Hanya saja sampai sekarang draf redaksi jasa iklan itu belum saya tampilkan. Menunggu izin dukun dulu Gan, kapan naktu yang bagus untuk menawarkan jasa tersebut, heheh. Kalau masalah rank saya rasa sudah lumayan untuk ukuran blog yang terbilang baru dan pemula. Global rank sudah mencapai 456.793 dengan trend terus meningkat, dan rank di Indonesia saat ini sedikit anjlok yaitu di kisaran 8.256. sebelum ganti template pernah mencapai lima ribuan lebih.
Demikian, catatan pribadi hari ini semoga bermanfaat. Salam blogger.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan Anda semoga bermanfaat. Silahkan tinggalkan komentar, mohon jangan mencantumkan link live atau spam ! Berkomentarlah dengan bahasa yang santun !