Rabu, 30 Januari 2013

Sejarah Debus


Petir Fenomenal. Debus adalah sebuah kesenian bela diri asli dari Banten. Kesenian ini mulai ada pada masa Pemerintahan Sultan Maulana Hasanudin (1532-1570 di abad ke-16. Ketika itu Sultan Maulana Hasanudin bertanya kepada masyarakat tentang apa yang disenangi oleh masyarakat Banten saat itu. Setelah tahu bahwa kesenangan masyarakat Banten adalah ilmu kanuragan dan atau kekebalan tubuh, maka beliau menciptakan kesenian debus ini sebagai bentuk akomodatifnya. Kesenian debus biasaya mempertunjukan kekuatan atau kemampuan manusia yang luar biasa, di antaranya ilmu kekebalan yang tahan dari hantaman senjata tajam, hempasan api, minum air keras, memasukan benda ke dalam kelapa utuh, menggoreng telur di kepala, berjalan di atas beling, menaiki tangga beranak tangga golok dan lain sebagainya.

Debus lebih dikenal sebagai kesenian asli masyarakat Banten, yang mungkin berkembang sejak abad ke-18. Menurut sebagian banyak sumber sejarah, kesenian debus Banten bermula pada abad 16 masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin (1532-1570). Debus mulai dikenal pada masyarakat Banten sebagai salah satu cara penyebaran agama Islam. Namun ada juga yang menyebutkan Debus berasal dari daerah Timur Tengah bernama Al-Madad yang diperkenalkan ke daerah Banten ini sebagai salah satu cara penyebaran Islam pada waktu itu. Yang lainnya menyebutkan bahwa debus berasal dari tarekat Rifa’iyah Nuruddin al-Raniri yang masuk ke Banten oleh para pengawal Cut Nyak Dien (18481908).
Pada jaman penjajahan Belanda tepat ketika kerajaan banten dipeagang leh SultanAgeng Tirtayasa (1651-1682, Debus digunaka sebagai media pembangkit semangat para pejuang untuk melawan penjajahan peragangan Belanda yang kala itu tergabung dalam Vereenigde Oost Indische (VOC).
Debus dalam bahasa Arab berarti tongkat besi dengan ujung runcing berhulu bundar. Bagi sebagian masyarakat awam kesenian Debus memang terbilang sangat ekstrim. Pada masa sekarang Debus sebagai seni beladiri yang banyak dipertontonkan untuk acara kebudayaan ataupun upacara adat. Nah , karena itulah alat tersebut dipergunakan sebagai alat untuk menghantam atau melukai setiap pemain debus, yang mempertunjukan atraksi kekebalan tubuh. Selain itu juga masih banyak variasi-variasi atraksi lain seperti menusuk perut dengan benda tajam biasanya mengunakan paku banten yang runcing, memakan bara api, menusukkan jarum panjang ke lidah, kulit, pipi sampai tembus dan hasilnya tidak ada luka sama sekali dan mengeluarkan darah tetapi dapat disembuhkan pada saat itu juga, menyiram tubuh dengan air keras sampai pakaian yang melekat di badan hancur, mengunyah beling/serpihan kaca, membakar tubuh, dan masih banyak lagi atraksi yang mereka lakukan.

Di Banten sendiri kesenian debus atau keahlian melakukan debus menjadi sesuatu yang lumrah dan banyak perguruan yang mengajarkannya. Untuk saat ini biasanya kesenian debus dipentaskan dalam acara-acara seperti pesta pernikahan, sunatan, acara 17 Agustusan, Acara pemerintahan/instansi dan banyak lagi acara yang biasanya mempertunjukan kesenian ini.
Dilihat dari tujuan awal sebagai alat untuk menyebarkan agama Islam, maka perkembangan berikutnya adalah bentuk upaya masyarakat Banten dalam melestarikan budaya debus tersebut. Oleh karena itu saat ini debus tetap lestari karena terus dimumule (dipelihara) untuk acara-acara tertentu seperti disebutkan di atas.
Demikian, wallahu’alam.
Referensi : dari berbagai sumber

4 komentar:

  1. sereeeeeeeeeeeem iih debus bikin cetar wakakak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan serem, tapi mengerikan. Mau bisa gak? Hehehe..!

      Hapus
  2. nice post gan
    menarik nih dan sangat bermanfaat sekali info nya
    di tunggu info selanjutnya, thanks ya

    BalasHapus
  3. bagus sekali info nya dan
    dan menarik untuk dibaca
    diyunggu artikel selanjut nya

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungan Anda semoga bermanfaat. Silahkan tinggalkan komentar, mohon jangan mencantumkan link live atau spam ! Berkomentarlah dengan bahasa yang santun !